PASURUAN (dialogmasa.com) – Kehadiran Gempol 9, kompleks ruko di Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, menuai beragam tanggapan dari warga setempat. Hal ini diketahui dari beragam komentar warga yang berhasil dihimpun oleh team Dialog Masa.
Banyak warga menyampaikan kekhawatiran mereka atas dampak sosial dan moral yang dianggap negatif akibat operasional sejumlah kafe karaoke di area tersebut, yang dilengkapi dengan kehadiran LC (pemandu lagu).
Seorang warga sekitar mengaku hampir mengalami kecelakaan akibat ulah pengunjung yang pulang dalam kondisi yang diduga mabuk. “Dua kali saya hampir kecelakaan karena anak muda yang pulang dari sana dalam keadaan mabuk dan boncengan bertiga,” ungkap Khoirun Nisa’, salah satu warga desa Ngerong, Kecamatan Gempol kepada dialog masa pada Selasa (10/09/24)
Warga lain menilai bahwa Gempol 9 tidak memberikan manfaat berarti bagi masyarakat sekitar, justru diduga menimbulkan berbagai permasalahan sosial. “Adanya Gempol 9 ini menurut saya sangat tidak ada manfaatnya. Selain banyak kafe remang-remang yang menyediakan LC, pengunjung, yang sebagian besar anak muda, sering mabuk-mabukan,” ujar salah satu warga.
Kondisi penerangan jalan di sekitar area tersebut juga disorot karena lampu jalan tidak berfungsi dengan baik sehingga membuat kawasan tersebut gelap pada malam hari. Hal ini menambah kekhawatiran warga terhadap keamanan dan kenyamanan lingkungan.
Di sisi lain, Gempol 9 juga dianggap menjadi tempat perputaran ekonomi yang cukup besar, terutama bagi pengusaha karaoke dan pekerja LC. “Perputaran ekonomi sangat besar, baik dari pengusaha karaoke, LC, hingga oknum tertentu yang mencari keuntungan,” ujar salah satu warga. Namun, ia juga menambahkan bahwa ada dugaan peredaran narkoba, trafficking, dan miras di tempat tersebut, meski kebenarannya masih perlu investigasi lebih lanjut.
Sebagian besar warga menilai bahwa mudharat dari keberadaan Gempol 9 lebih dominan dibandingkan manfaatnya. Pelaku UMKM di sekitar area tersebut merasa bahwa keberadaan Gempol 9 justru merusak moral dan memberikan pandangan negatif terhadap usaha mereka. “Kalau boleh jujur, keberadaan Gempol 9 sangat merusak moral dan tidak layak ada. Dampak moral dan sosialnya lebih banyak negatif,” tegas seorang pelaku UMKM.
Dari segi agama, beberapa warga mengungkapkan keprihatinan mereka terkait praktik jual beli yang dinilai jauh dari syariat Islam. “Yang dijual di sana bukan hanya kopi, tapi juga kehormatan wanita dengan harga murah,” tambah seorang warga lainnya.
Selain itu, warga juga menyoroti bahwa keberadaan Gempol 9 mencemarkan lingkungan, baik secara fisik maupun moral. Mereka mengkritik pihak berwajib yang dinilai mendiamkan aktivitas di tempat tersebut. “Pencemaran lingkungan bukan hanya dari limbah perusahaan, tetapi juga limbah akhlak dan moral yang terjadi di Gempol 9,” tambahnya. (Al/WD)