Protes Bau Limbah, Kades Bulusari dan Warga Geruduk Pabrik Pengolahan Bulu

Diary Warda
3 Min Read

Protes Bau Limbah, Kades Bulusari dan Warga Geruduk Pabrik Pengolahan Bulu

Diary Warda
3 Min Read

PASURUAN, DIALOGMASA.com – Belasan warga dari dua dusun, yakni Jurangpelan I dan Jatipentongan, menggeruduk Balai Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, pada Senin (16/6/2025). Aksi tersebut dilakukan untuk melaporkan bau busuk serta tercemarnya air sumur akibat aktivitas pabrik pengolahan bulu bebek yang berlokasi di Dusun Jurangpelan I.

Warga meminta Kepala Desa Bulusari, Siti Nurhayati, untuk menindaklanjuti keluhan mereka kepada pihak manajemen pabrik. Tak lama berselang, Kades Bulusari bersama Ketua BPD Subhan, beberapa perangkat desa, dan warga terdampak langsung mendatangi lokasi pabrik.

Dalam peninjauan tersebut, mereka mendapati bahwa pabrik masih melakukan proses pencucian dan pengolahan bulu bebek, termasuk pengelolaan limbah cair. Ketua BPD menyebutkan bahwa perusahaan tidak maksimal dalam menangani limbahnya. Limbah cair hanya ditampung di kolam seadanya dan sebagian dialirkan ke area persawahan yang sangat dekat dengan pemukiman warga, sehingga menyebabkan air sumur berbau menyengat.

Kepala Desa Siti Nurhayati pun geram melihat kondisi tersebut. Ia menilai pihak perusahaan bertindak semaunya tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan.

“Ini bukti. Saya melihat dan mencium langsung baunya. Ngawur pol!” ujarnya.

Nurhayati menambahkan bahwa limbah cair yang dibuang ke sawah tak hanya menyebabkan polusi udara, tetapi juga mencemari sumur warga yang berada di sekitar pabrik.

“Sawah itu memang miliknya sendiri, tapi dampaknya ke warga. Saya juga pernah menanyakan soal izin pabrik ini, tapi sampai sekarang desa belum diberi salinannya. Kalau memang punya izin sejak 2019, setidaknya desa diberi fotokopinya,” tegasnya.

Kades, Ketua BPD, dan warga kemudian masuk ke dalam area pabrik. Di sana terlihat sejumlah mesin besar untuk pengolahan bulu. Salah satu pegawai pabrik mengklaim bahwa limbah cair sudah diolah agar tidak berbau.

Namun, saat ditanya soal bau menyengat yang masih tercium, pegawai menjawab bahwa proses pencucian dilakukan dengan air mengalir dan bahan kimia penetral bau sudah digunakan. Hal ini dibantah oleh Subhan.

“Jelas ini tidak profesional. Menyalahi aturan. Ngawur pol!” cetusnya.

Warga juga sempat melihat hasil produksi pabrik berupa bulu-bulu bebek yang telah dikemas dalam karung, terlihat putih dan bersih.

Sementara itu, Kepala Dusun Jurangpelan I, Maryono, yang mendampingi warga ke balai desa, mengaku selama ini pihak pabrik tidak pernah berkoordinasi dengannya.

“Daripada saya dituduh bermain, lebih baik saya ajak warga langsung ke balai desa untuk menyampaikan keluhannya,” ujar Maryono.

Pemerintah Desa Bulusari akan segera melayangkan surat teguran kepada pihak pabrik karena selama ini tidak pernah menjalin komunikasi dengan desa, meski sudah menimbulkan dampak buruk bagi warga di dua dusun.

“Bau limbahnya sangat menyengat, sampai nggak selera makan. Apalagi airnya,” pungkas Maryono.

Secara terpisah, Direktur perusahaan, Prapto, saat dikonfirmasi menyebut bahwa bau limbah tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) dari pihak karyawan. Ia berjanji akan segera melakukan pembenahan dan koordinasi dengan pihak desa.

“Saya akan segera benahi. Mungkin ini akibat kesalahan teknis. Saat ini saya sedang di luar kota,” jelasnya melalui sambungan telepon. (Abi/Wj)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×