Honor Belum UMR, Guru Ini Nyambi Jualan Parfum

gayuh
4 Min Read

Honor Belum UMR, Guru Ini Nyambi Jualan Parfum

gayuh
4 Min Read

FEATURE, DIALOGMASA.com – Rumah berukuran 6 x 11 meter tersebut tampak lapang. Tak banyak barang di dalamnya mengingat si pemilik, Harbatul Ahkam Arrozy beserta istrinya baru saja menempatinya awal tahun ini.

Sebelumnya, mereka berdua tinggal secara bergantian di masing-masing rumah orang tuanya. Rozi, panggilan akrabnya tak menampik bahwa bangunan yang ia tempati bersama keluarga kecilnya ini bukan hasil dari jerih payahnya. Rumah ini merupakan pemberian mertuanya.

Bisa jadi Rozi bukanlah satu-satunya kepala keluarga yang kesulitan untuk bisa membeli rumah sendiri. Lelaki yang berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah swasta di Kedungkandang Kota Malang ini menyadari, gajinya tentu tak akan cukup untuk membeli sebuah rumah apalagi di kawasaan kota mengingat dari tahun ke tahun harga properti di Kota Malang terus meningkat.

Rozi menjadi salah satu gambaran bagaimana gaji seorang guru belum mampu untuk mencukupi kebutuhan primer. Ia mengaku dengan gaji masih di bawah UMR Kota Malang sebesar 1,5 juta Rupiah per bulan sementara setiap bulan minimal ia harus mengeluarkan sekitar 2 juta Rupiah untuk kebutuhan keluarganya yang terdiri dari tiga orang. Terkadang, ia juga masih harus mencari utangan. Belum lagi kalau ada acara seperti rapat atau pertemuan dan pengajian mengingat ia juga aktif di salah satu ormas.

“Untuk mensiasati kekurangan, biasanya saya mengambil kerja sampingan seperti menjadi supir. Ini juga enggak tentu kalau ada panggilan saja. Pernah juga jualan air mineral, tapi enggak bertahan lama. Kalau sekarang, jualan parfum,” ujar lelaki kelahiran tahun 1997 ini saat ditemui di kediamannya pada Rabu (20/8/2025).

Demi menambal kebutuhan hidup keluarganya, Rozi juga dibantu istrinya, Amarilis Choiru Nisa. Perempuan yang biasa disapa Amarilis ini menjadi pengajar Alquran di Taman Pendidikan Quran (TPQ).

Dengan kehidupan yang masih jauh dari kata sejahtera, suami dari Amarilis Choiru Nisa ini tak menyesali pilihannya untuk bekerja sebagai guru. Alumnus Universitas Malang ini sendiri telah mengajar sejak tahun 2015 lalu dengan menjadi guru di sejumlah sekolah. Baru pada 2020 ia menjadi guru tetap setelah memiliki akta mengajar.

Sesuai dengan jurusan yang ia ambil selama kuliah, saat ini ayah dari balita putri berumur dua tahun ini mengajar mata pelajaran sejarah. Demi memenuhi jam mengajar selama 20 jam per minggu, ia juga mengajar pelajaran lain seperti prakarya, IPS, dan geografi.

Meskipun gaji yang ia dapat dari profesi guru belum bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi Rozi berkomitmen untuk tetap menjalani profesinya sebagai pengajar. Namun, Rozi tak menampik seandainya ada pekerjaan lain yang lebih menjanjikan, ia akan mengambilnya.

“Ya, karena penghasilan belum mencukupi jadi sampai saat ini belum bisa menabung. Pengennya punya pekerjaan yang ada skill-nya kayak jualan. Pokoknya saya menganut prinsip palu gada, apa lu butuh, gue ada terkait pekerjaan di luar mengajar,” ucapnya lalu diiringi tawa kecil.

Sementara itu terkait kebijakan pemerintah di bidang pendidikan terutama mengenai pemberlakuan kurikulum yang berubah-ubah, Rozi memiliki pandangan lain. Menurutnya, selama ini kurikulum yang berlaku tidak mempengaruhinya dalam mengajar karena materinya sama, hanya saja pendekatannya saja yang berubah.

Iapun tak luput menyoroti tidak meratanya sekolah yang hanya terpusat di Jawa. Hal ini terlihat dari banyaknya sekolah yang berdirinya dan jaraknya tak jauh dari sekolah lain sehingga menurutnya perlu aturan terkait pendirian sekolah. Hal lain yang menjadi perhatian Rozi adalah kurangnya apresiasi sekolah terhadap kinerja guru. Apresiasi ini bisa berbentuk penghargaan yang setidaknya bisa memberikan motivasi lebih kepada para guru. (Dewi Sartika)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×