8 Alarm Ekonomi Indonesia yang Menyala, Haruskah Mempersiapkan Diri menghadapi Badai Ekonomi?

gayuh
3 Min Read

8 Alarm Ekonomi Indonesia yang Menyala, Haruskah Mempersiapkan Diri menghadapi Badai Ekonomi?

gayuh
3 Min Read

ARTIKEL,DIALOGMASA.com,Sejumlah indikator menunjukkan pelemahan ekonomi domestik. Perlambatan ini terlihat dari konsumsi, pembiayaan, hingga kepercayaan konsumen. Jika tidak segera diantisipasi, tren ini bisa menahan laju pertumbuhan Indonesia ke depan.

  1. PMI Manufaktur Terkontraksi

Aktivitas manufaktur kembali melemah. Data S&P Global mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada Juli 2025 berada di angka 49,2, menandakan kontraksi. Angka ini merupakan bulan keempat berturut-turut berada di bawah 50. Kondisi ini menunjukkan adanya penurunan permintaan dan efisiensi produksi yang berdampak pada prospek tenaga kerja.

  1. Inflasi Juli 2025 Naik

Dilansir dari BPS, Inflasi Indonesia pada Juli 2025 mencapai 2,37 persen secara tahunan (yoy), meningkat dari 1,87 persen pada Juni. Kenaikan dipicu lonjakan harga pangan akibat cuaca ekstrem dan hambatan distribusi. Inflasi inti tercatat stabil di 2,32 persen yoy, menandakan kenaikan lebih bersumber dari sisi pasokan dibanding permintaan.

  1. Lonjakan PHK

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 42.385 pekerja terkena PHK sepanjang Januari hingga Juni 2025, naik 32,19 persen dibanding tahun sebelumnya.

  1. Kredit Perbankan Melambat

Dilansir dari BI, pertumbuhan kredit perbankan hingga Juni 2025 tercatat 7,77 persen yoy, turun dari bulan sebelumnya 8,43 persen. Sebaliknya, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 6,96 persen yoy. Perlambatan ini menunjukkan bank lebih berhati-hati, memilih menempatkan dana pada instrumen berisiko rendah. Dampaknya, pembiayaan usaha dan konsumsi rumah tangga berpotensi tertahan.

  1. Kepercayaan Konsumen Melemah

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2025 berada di level 117,8, hanya naik tipis dari bulan sebelumnya. Meski masih di zona optimis, level ini mendekati titik terendah sejak 2022. Konsumen cenderung menahan belanja karena pesimis terhadap prospek penghasilan.

  1. Ekspektasi Penghasilan Menurun

Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP) pada Juni 2025 turun ke level 133,2, terendah sejak Desember 2022. Penurunan ini mencerminkan pesimisme masyarakat terkait peningkatan pendapatan hingga akhir 2025.

  1. Kredit Konsumsi dan KPR Lesu

Kredit konsumsi dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menunjukkan tren melambat sejak Februari 2025. Pada Juni, pertumbuhan kredit konsumsi tercatat 8,6 persen yoy, lebih rendah dibanding Februari yang mencapai 10,2 persen. Pertumbuhan KPR juga turun menjadi 7,7 persen yoy dari bulan sebelumnya 8,0 persen. Hal ini mengindikasikan daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya.

  1. Penjualan Mobil Turun

Sektor otomotif juga terkena imbas. Data GAIKINDO menunjukkan penjualan wholesales pada Juni 2025 hanya 57.761 unit, turun 4,71 persen dari Mei. Secara tahunan, penurunan lebih tajam, yaitu 22,6 persen. Penjualan retail juga turun 12,3 persen yoy. Gelaran GIIAS 2025 diharapkan memberi dorongan, namun tren pelemahan masih membayangi.

Kondisi ekonomi di Indonesia tahun 2025 mengalami perlambatan akibat tekanan global dan tantangan domestik. Diperlukan kebijakan yang tepat untuk kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. (DH/WD)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×