PASURUAN, DIALOGMASA.com — Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Pasuruan menyoroti rendahnya minat generasi muda mengikuti program pelatihan kerja, meski fasilitas dan peluang telah banyak disediakan. Kondisi ini membuat angka pengangguran di pedesaan, khususnya usia produktif 18–50 tahun, masih tinggi.
Kepala Bidang Tenaga Kerja Disnaker Kabupaten Pasuruan, Didit Insananto, mengatakan minimnya partisipasi pemuda menjadi salah satu faktor sulitnya penyerapan tenaga kerja di daerah.
“Kami sudah menyediakan pelatihan melalui BLK Rejoso, UPT LKD Disnaker, hingga BLK Jawa Timur. Bahkan job fair sudah menggunakan sistem barcode. Namun, kenyataannya banyak pencari kerja hanya mendaftar tanpa hadir. Animo mereka masih sangat rendah,” ujarnya, Kamis (26/9).
Menurut Didit, sebagian besar pencari kerja menginginkan proses instan tanpa melalui tahapan pembekalan keterampilan. Hal ini membuat mereka sulit bersaing dengan ribuan perusahaan manufaktur di Kabupaten Pasuruan.
“Rata-rata anak muda tidak mau meninggalkan zona nyaman. Mereka ingin langsung bekerja dengan hasil besar, padahal tanpa skill yang memadai mereka akan terpinggirkan,” jelasnya.
Disnaker menilai, masalah pengangguran bukan semata soal lapangan kerja, melainkan juga karakter pencari kerja itu sendiri.
“Kesimpulannya, anak-anak masih labil dan belum tahu maksud serta tujuan dari bekerja. Padahal peluang dan fasilitas sudah kami sediakan,” tambahnya.
Dengan kondisi ini, Disnaker mendorong generasi muda lebih berani mengambil langkah, meningkatkan keterampilan, serta memanfaatkan program yang tersedia demi menekan angka pengangguran di wilayah pedesaan. (F/WD)