Atlet Binaraga Terpaksa Makan Ayam Tiren, Ini Reaksi Pemkab Malang

Diary Warda
3 Min Read

Atlet Binaraga Terpaksa Makan Ayam Tiren, Ini Reaksi Pemkab Malang

Diary Warda
3 Min Read

MALANG (dialogmasa.com) – Kabar atlet binaraga yang terpaksa makan ayam tiren telah sampai ke telinga jajaran Pemerintah Kabupaten Malang.

Pemerintah Kabupaten Malang mengambil langkah tegas menyikapi persiapan atlet dalam menghadapi Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur 2025.

Sekretaris Daerah Kabupaten Malang mengakui terjadinya keterlambatan pencairan anggaran Porprov Jatim, sehingga membawa dampak untuk seluruh cabang olahraga.

Lebih lanjut Sekda Kabupaten menjelaskan bahwa pencairan anggaran Pemerintah Kabupaten Malang tidak bisa langsung diajukan, melainkan ada proses yang harus dilalui.

Pencairan dana untuk para atlet Porprov mengalami keterlambatan karena ada nomor rekening yang tidak aktif. Perlu aktivasi ulang untuk mengaktifkan kembali nomor-nomor rekening tersebut.

Akibatnya, pencairan dana untuk beberapa cabang olahraga, termasuk binaraga mengalami keterlambatan. Keputusan para atlet binaraga Porprov mengkonsumsi ayam tiren dilakukan demi memenuhi standar gizi sebelum pertandingan Porprov digelar.

“Mereka tidak mau disamakan dengan atlet cabang olahraga lainnya. Mereka harus dihitung, 2 minggu sampai performa, tiga minggu, dan seterusnya. Agak sedikit kecewanya sudah saya tuntaskan tadi,” tegas Sekda Kabupaten Malang dilansir dari unggahan IG @exploreMalang (6/5/2025).

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Malang berdalih baru mencairkan dana anggaran cabang olahraga karena prose verisifkasi dan validasi terjadi kendala.

Total anggaran yang telah dicairkan hingga saat ini mencapai Rp3 miliar untuk 63 cabang olahraga.

Indra Khusnul selaku Ketua Binaraga dan Fitnes Indonesia Kabupaten Malang menegakan bahwa Pemkab telah mencairkan dana untuk atlet dan pelatih menjelang Porprov Jatim.

“Sebenarnya dana dari Pemkab cuma membackup 10 persen, malah itu kurang dari 10 persen dari pengeluaran kita, sisanya kita cari sendiri,” angkap Indra dilansir dari unggahan X@radioelshinta (6/5/2025).

Kebutuhan atlet untuk kelas 60 ke bawah minimal 1 kilogram protein hewani per hari, belum termasuk makanan tambahan lainnya.

Untuk suplemen atlet memakan biaya kurang lebih Rp2 hingga Rp3 juta per atlet. Kondisi atlet sebagian besar merupakan pelajar hingga mahasiswa yang memiliki uang saku terbatas.

Tidak hanya pemerintah kabupaten Malang yang memberikan reaksi, sejumlah netizen pun ikut bersuara.

“Ikut turnamen badminton biaya daftarnya 100rebu, eh hadiah utamanya cuma 50rebu. Top skor liga remaja nasional KU 15, bonusnya 250rebu, dengan risiko patah kaki. Atlet binaraga terpaksa makan ayam tiren untuk hemat. Sementara pejabatnya dinaikkan gaji biar gak korupsi,” tulis akun X@WagimanDeep212 (6/5/2025). (DH/WD)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×