PASURUAN, DIALOGMASA.com – Muslim Syiah memperingati peristiwa Karbala, (Yaitu terbantainya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain AS), di Suwayuwo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Minggu (6/7/2025).
Diketahui bahwa Imam Husain AS adalah adik dari Imam Hasan AS, keduanya merupakan putra dari pasangan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah AS, putri Nabi Muhammad SAW. Imam Husain gugur secara tragis dalam peristiwa Karbala pada 10 Muharram 61 Hijriah atau 680 Masehi — sebuah peristiwa yang dikenang setiap Hari Asyura.
Dalam ceramahnya, Ustadz Abdillah Ba’bud menyampaikan kemuliaan dan posisi agung Imam Husain AS, antara lain:
- Ahlul Kisa’ dalam Hadits Kisa’
Imam Husain AS termasuk dalam Ahlul Kisa’ sebagaimana disebut dalam Hadits Kisa’, yakni hadits yang meriwayatkan peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW menyelimuti Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain dengan kain (kisa’) serta menyatakan mereka sebagai keluarga terpilih. - Bagian dari Peristiwa Mubahalah
Dalam QS Ali Imran: 61, Imam Husain disebut sebagai bagian dari “anak-anak kami” dalam konteks ajakan Nabi Muhammad SAW untuk bermubahalah (saling berdoa agar Allah melaknat pihak yang berdusta) sebagai bukti kebenaran. - Keteladanan dalam Al-Qur’an
Dalam QS Al-Insan ayat 8, digambarkan bahwa Imam Husain AS dan keluarganya adalah pribadi-pribadi yang mendahulukan kepentingan orang lain:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.”
Menurut Ustadz Abdillah, sosok semulia Imam Husain AS tidak akan mengambil keputusan besar seperti perjuangan di Karbala tanpa tujuan luhur. Ia membantah pandangan dangkal yang menganggap perjuangan tersebut hanya urusan politik, kekuasaan, atau karena Imam Husain tertipu.
“Siapa Imam Husain AS? Kemuliaan, latar belakang, dan keluarganya tidak mungkin membawanya pada tindakan yang sembrono, apalagi sekadar demi kekuasaan. Ia bukan orang bodoh yang tertipu. Pandangan seperti itu terlalu dangkal,” tegas Abdillah.
Abdillah menekankan bahwa pengorbanan Imam Husain AS bertujuan memperbaiki umat Nabi Muhammad SAW yang saat itu berada dalam kondisi moral yang rusak: kemungkaran dianggap kebaikan, dan penguasa bertindak semena-mena.
“Imam Husain AS menyatakan bahwa perjuangannya adalah untuk memperbaiki umat kakeknya, Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.
Salah satu pernyataan Imam Husain yang menjadi titik tolak pembantaian adalah ketika ia menolak membaiat Yazid bin Muawiyah:
“Orang sepertiku tidak akan membaiat orang seperti dia.”
Menurut Abdillah, penolakan Imam Husain terhadap kepemimpinan Yazid adalah bentuk keberpihakan terhadap kebenaran dan penolakan terhadap kezaliman. Garis merah Imam Husain sangat jelas: tidak akan tunduk pada pemimpin yang dzalim.
Ia menambahkan bahwa perjuangan antara haq dan batil selalu berlangsung sepanjang zaman, dan peristiwa Karbala adalah salah satu manifestasinya. Saat semua orang diam melihat kezaliman, Imam Husain justru berdiri tegak menghadapinya.
Abdillah kemudian mengaitkan semangat perjuangan Imam Husain dengan kondisi dunia saat ini. Ia menyinggung ketimpangan global, terutama antara Iran dan kekuatan besar dunia.
“Lihat Iran. Mereka tidak boleh mengembangkan nuklir, sedangkan negara lain boleh. Ini aturan apa? Ini hukum rimba. Begitulah bentuk pertarungan antara kebaikan dan keburukan yang terus berlangsung,” ujarnya.
Acara peringatan Hari Asyura ini dihadiri lebih dari 1.000 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan dari berbagai wilayah di Pasuruan dan sekitarnya. Selain ceramah agama, acara juga diisi dengan pembacaan maqtal (narasi kronologis tragedi Karbala) dan maqtam (syair-syair haru yang menggambarkan penderitaan Imam Husain AS dan rombongannya).
Bacaan maqtal dan maqam yang menyayat hati membuat banyak hadirin, baik laki-laki maupun perempuan, orang tua maupun anak-anak, tak kuasa menahan tangis.
Mahrus, salah satu peserta mengatakan bahwa peristiwa Karbala menyampaikan pesan penting tentang perjuangan menegakkan kebenaran.
“Melalui kisah Imam Husain AS, saya belajar bahwa kebenaran itu penting dan harus diperjuangkan, meskipun terasa pahit dan menyakitkan,” ungkapnya. (AL/WD)