DIALOGMASA.com – Jawa Timur terkenal dengan destinasi yang beragam, sehingga menarik para wisatawan dalam maupun luar negeri. Salah satu destinasi wisata yang wajib Anda kunjungi ketika liburan yaitu petirtaan.
Tak hanya sebagai destinasi wisata alam, petirtaan juga berfungsi sebagai wisata religi. Air di petirtaan pada zaman dahulu digunakan untuk keperluan ritual keagamaan.
Penanda air di bahwa disebut keramat yaitu adanya pancuran atau saluran air yang mengalirkan air dari dinding ke kolam penampungan. Dilansir dari kebudayaan.kemendikbud.go. id, bila suatu petirtaan dibangun di dekat candi, punden berundak hingga tempat keagamaan, maka disebut sebagai petirtaan keagamaan.
Petirtaan fungsinya hanya mendukung aktivitas keagamaan pada bangunan suci lain. Tempat yang suci ini juga digunakan dalam upacara keagamaan pada bangunan suci. Berikut ini tiga destinasi petirtaan yang bisa Anda kunjungi di Jawa Timur:
- Petirtaan Ngawonggo
Situs Petirtaan Ngawonggo terletak di Dusun Naussan, Deva Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Letak petirtaan ini di diapit oleh Sungai Kalimanten dan Saluran Irigasi. Situs ini sudah ada sejak tahun 1908.
Awalnya situs ini terkubur timbunan tanah selama berabad-abad dan sempat dijadikan warga sebagai lahan bercocok tanam. Aliran kecil air kemudian menyembur dari situs tersebut yang dimanfaatkan masyarakat untuk fasilitas irigasi.
Upaya perlindungan hukum sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten Malang dengan menetapkannya sebagai cagar budaya pada 21 September 2021 lalu.
- Petirtaan Watugede
Pernah dipakai mandi oleh Ken Dedes, Petirtaan Watugede terletak di Desa Watugede, Singosari, Kabupaten malang. Tempat ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singosari.
Petirtaan Watugede ini ditemukan pada 1925, kemudian pada 1931 dilakukan proses konservasi. Letak petirtaan ini di sebelah barat Candi Sumberawan.
- Petirtaan Jalatunda
Petirtaan Jalatunda terletak di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Memiliki luas lahan 3.019,75 m persegi, petirtaan ini terbuat dari bahan batu andesit. Petirtaan ini berfungsi sebagai bangunan suci dalam bentuk arsitektur terbuka.
Bangunan ini memiliki bilik tanpa arca dewa, namun memiliki pancuran. Diketahui Jolotundo dibangun setelah abad Mpu Sindok berkuasa. (DH/WD)