EA, Anak Cerdas yang Mimpi Sekolahnya Terkubur Kemiskinan

gayuh
2 Min Read

EA, Anak Cerdas yang Mimpi Sekolahnya Terkubur Kemiskinan

gayuh
2 Min Read

FEATURE, DIALOGMASA.com – Di depan rumah sederhana di Pasuruan, E.A. kini menjalani hari-harinya sebagai perempuan berusia 29 tahun dengan membuka usaha kecil. Kopi sachet, mie instan, dan es ia jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Usaha ini lahir dari keterpaksaan, setelah cita-citanya melanjutkan kuliah gagal terwujud.

Perjalanan hidup E.A. penuh lika-liku. Sejak bayi, ia sudah kehilangan ayah, dan saat duduk di bangku SMP, ibunya juga meninggal. “Hidup sebagai yatim piatu membuatku harus belajar mandiri lebih cepat daripada anak-anak seusia aku,” kenangnya.

E.A. tumbuh sebagai anak yang berprestasi. Ia gemar belajar, selalu mendapat nilai baik, bahkan beberapa kali mengikuti lomba olimpiade. Saat lulus sekolah menengah, ia sempat diterima di salah satu kampus besar. Namun mimpinya pupus karena tak mampu membayar biaya kuliah.

“Keluarga kami tidak pernah mendapat bantuan pemerintah, KIP, KIS, Bansos, entah kenapa. Mungkin karena orang melihat kami seperti yang ‘tidak butuh’, padahal sebenarnya sangat membutuhkan,” ujar E.A.

Kondisi keluarga pun tak banyak membantu. Saat ia meminta bantuan nenek, uang justru diprioritaskan untuk pendidikan cucu lain. Ada kalanya ia diajak bekerja di warung atau pabrik garmen oleh saudara, tapi sakit membuatnya harus berhenti. Pada akhirnya, ia memilih membuka usaha kecil di rumah untuk bertahan hidup.

Kini, di usianya yang hampir menginjak tiga puluh, E.A. hanya bisa melihat masa lalunya dengan rasa kecewa. “Aku yang tinggal dan menjaga nenek sejak kecil malah tidak bisa kuliah, sementara anak-anak cucu lain diprioritaskan. Semua pengorbananku seolah tak dihargai,” ungkapnya.

Belum menikah, E.A. merasa belum cukup mapan secara ekonomi. Meski demikian, ia tidak ingin pengalaman pahitnya terulang pada generasi berikutnya. Pesannya sederhana: “Selagi ada yang bisa mendukung biaya, manfaatkan kesempatan itu. Pendidikan itu penting untuk masa depan. Jangan sampai menyia-nyiakannya.”

Pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Namun kisah E.A. di Pasuruan menjadi bukti nyata, masih banyak anak cerdas yang kehilangan kesempatan hanya karena himpitan ekonomi. (AJ/AL)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×