PASURUAN, DIALOGMASA.com – Warung es dawet milik Pak Sudar menjadi favorit masyarakat sejak lebih dari empat dekade lalu. Berdiri pertama kali tahun 1978 di Pasar Winongan, usaha ini kini tetap bertahan di Tok Wiro, Dusun Winongan Lor, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Berawal dari belajar membuat dawet pada kakaknya di tahun 1977, Pak Sudar memberanikan diri berjualan sendiri setahun kemudian. Pada 1985, ia memindahkan lapaknya ke depan rumah, tepat di pinggir jalan raya, hingga kini tetap setia melayani pelanggan.
“Ya, mungkin ini satu-satunya pekerjaan yang saya cocok jalani, dan sampai sekarang masih membuahkan hasil,” tutur Pak Sudar saat ditemui Rabu (17/9/2025).
Ciri khas utama es dawet Pak Sudar adalah resepnya yang tidak pernah berubah.
“Kalau menurut saya, resepnya tetap sama. Tapi menurut konsumen, khususnya pelanggan setia dari dulu, rasanya tidak berubah. Jadi istilahnya, resepnya itu-itu saja, tidak diganti,” jelasnya.

Selain es dawet, warung sederhana ini juga menawarkan kue-kue titipan dari pedagang sekitar, sementara stok bahan utama seperti gula, susu, dan cokelat putih selalu tersedia.
Selama lebih dari 40 tahun, Pak Sudar bersyukur usahanya tetap berjalan lancar. Bahkan saat pandemi COVID-19, warungnya justru semakin ramai karena banyak perantau pulang kampung.
“Alhamdulillah, saya tidak menemui tantangan besar. Setelah pandemi memang ada penurunan, tapi itu karena orang-orang kembali ke kota, bukan karena rasa es saya berubah,” tambahnya.
Pelanggan datang dari berbagai kalangan—orang tua, anak muda, hingga pegawai kecamatan. Beberapa pelanggan setia bahkan berasal dari luar kota. Sebut saja Pak Yogi dari Sidoarjo, yang meski sudah lanjut usia selalu menyempatkan diri mampir, atau pelanggan asal Madiun yang setiap Lebaran tak pernah absen membeli.
Harga per porsi es dawet ini cukup terjangkau, hanya Rp7 ribu. Salah satu pelanggan, Zainul, mengaku hampir setiap minggu membeli 3–4 kali.
“Rasanya enak, segar, dan harganya pas di kantong,” ujarnya.
Dalam keseharian, Pak Sudar dibantu Mulyono, namun resep rahasia keluarga belum diwariskan kepadanya. Untuk penerus, ia berharap anak bungsunya, Anggun, yang kini masih kuliah di jurusan Manajemen Bisnis Syariah, bisa melanjutkan usaha tersebut.
“Satu anak sudah berumah tangga di Jepara, jadi tidak memungkinkan. Semoga kelak cucu-cucu juga bisa meneruskan,” pungkasnya. (AJ/WD)