Jejak Raja Hayam Wuruk di Candi Jawi, Singgah Sakral Majapahit di Pasuruan

gayuh
2 Min Read

Jejak Raja Hayam Wuruk di Candi Jawi, Singgah Sakral Majapahit di Pasuruan

gayuh
2 Min Read

SUDUT PANDANG, DIALOGMASA.com — Kunjungan Raja Hayam Wuruk ke Candi Jawi merupakan bagian dari perjalanan keliling kerajaan yang tercatat dalam Negarakertagama. Pada masa itu, sistem pemerintahan bersifat dinasti, yakni kekuasaan yang diwariskan secara turun-temurun dalam satu keluarga. Raja Hayam Wuruk merupakan penguasa Kerajaan Majapahit yang masih memiliki garis keturunan dari Raja Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singhasari.

Raja Kertanegara wafat pada tahun 1292 dan digantikan oleh Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Kepemimpinan Majapahit kemudian berlanjut hingga akhirnya berada di tangan Raja Hayam Wuruk, yang berkuasa sekitar tahun 1332 hingga akhir abad ke-14.

Dalam Negarakertagama disebutkan bahwa Raja Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling kerajaan dengan mengunjungi sekitar 90 titik wilayah. Titik-titik kunjungan tersebut dikelompokkan dalam wilayah kasogatan, yakni pusat persinggahan tempat beberapa desa berkumpul untuk menyambut kedatangan raja. Di wilayah Pasuruan, terdapat sejumlah titik kunjungan, di antaranya Pulungan, Bangil, serta beberapa desa yang namanya masih dikenal hingga kini, termasuk Suwayu.

Perjalanan Raja Hayam Wuruk dimulai dari Japan, wilayah yang kini berada di Mojokerto. Dari sana, perjalanan berlanjut ke sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi, sebelum kembali melalui wilayah Malang.

Dalam rangkaian perjalanan tersebut, Raja Hayam Wuruk tercatat singgah dan bermalam di Candi Jawi sekitar tahun 1360, sebelum wafatnya Mahapatih Gajah Mada. Bermalamnya seorang raja di suatu tempat menandakan bahwa lokasi tersebut memiliki kedudukan penting, sakral, dan suci.

Pada masa itu, Candi Jawi merupakan tempat suci bagi umat Hindu-Buddha sekaligus menjadi lokasi penyimpanan abu Raja Kertanegara. Dalam kunjungan tersebut, para pendeta menceritakan kepada Raja Hayam Wuruk tentang hilangnya Arca Aksobhya sekitar tahun 1331 akibat tersambar petir. Peristiwa tersebut membuat sang raja merasa sedih.

Dalam kepercayaan masyarakat saat itu, raja dipandang sebagai titisan atau setengah dewa, sementara candi dianggap sebagai tempat suci yang memiliki nilai spiritual tinggi. Oleh karena itu, hilangnya arca suci menjadi peristiwa penting yang memiliki makna religius dan simbolis.

Kunjungan Raja Hayam Wuruk ke Candi Jawi menegaskan pentingnya Candi Jawi serta wilayah Pasuruan dalam sejarah Kerajaan Majapahit. (Roib Santoso)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×