DIALOGMASA.com – Saat anak mulai memasuki usia sekolah, orangtua tentu berharap anak dapat belajar dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Guru di sekolah memiliki peran sebagai pengganti orangtua, yang diharapkan mampu memberikan perlindungan dan pengawasan kepada anak.
Namun, tidak jarang situasi di sekolah tetap menyisakan persoalan, salah satunya adalah bullying atau perundungan. Bullying merupakan bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih besar terhadap individu lain.
Tindakan ini dapat berupa kekerasan fisik maupun serangan verbal, dan biasanya dilakukan secara berulang-ulang terhadap korban yang dianggap lemah atau berbeda. Institute of Educational, Research, and Community Service, menyoroti dampak bullying terhadap kesehatan mental korban, termasuk kecemasan, depresi, dan PTSD.
Penelitian lain menunjukkan bahwa bullying dapat menyebabkan penurunan fokus dan prestasi akademik pada korban. Jurnal UPI menyebutkan bahwa bullying merupakan prediktor untuk tingkat prestasi akademik dan potensi putus sekolah, terutama pada siswa SMA
Menghadapi kenyataan bahwa anak menjadi korban bullying tentu menimbulkan perasaan marah dan sedih bagi orangtua. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menangani situasi tersebut:
- Mengenali Tanda-Tanda Bullying
Tidak semua anak akan langsung menceritakan pengalaman tidak menyenangkan yang mereka alami di sekolah. Banyak anak memilih untuk menyembunyikan masalah tersebut dari orangtua mereka. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk jeli dalam mengenali perubahan perilaku anak.
Beberapa tanda umum anak mengalami bullying antara lain terlihat murung, enggan pergi ke sekolah, mengalami penurunan prestasi, atau menjadi lebih pendiam dari biasanya. Apabila terlihat gejala-gejala tersebut, cobalah berbicara secara perlahan dan tenang dengan anak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
- Menghubungi Pihak Sekolah
Setelah mengetahui bahwa anak mengalami perundungan, orangtua perlu segera mengkomunikasikan masalah ini kepada pihak sekolah. Guru atau kepala sekolah bisa diajak berdiskusi untuk mencari solusi terbaik guna menjamin keamanan dan kenyamanan anak selama berada di lingkungan sekolah.
Perlu diketahui bahwa banyak kasus bullying terjadi tanpa diketahui oleh guru atau staf sekolah. Sebab, pelaku biasanya melakukan aksi saat tidak diawasi, misalnya saat istirahat atau sepulang sekolah.
- Memberikan Strategi kepada Anak
Orangtua dapat mengajarkan anak cara untuk merespons tindakan bullying. Anak perlu dibekali keberanian untuk mengatakan hal-hal tegas kepada pelaku seperti “berhenti”, “jangan lakukan itu lagi”, atau “aku tidak suka diperlakukan begitu”. Anak tidak boleh merasa bersalah atau malu karena menjadi korban.
Penting bagi orangtua untuk menanamkan pemahaman bahwa kejadian tersebut bukan kesalahan anak. Anak harus diyakinkan bahwa dirinya tetap berharga dan kuat. Penting juga untuk mengingatkan bahwa pelaku bully tidak selalu lebih kuat atau berkuasa, sehingga anak tidak perlu merasa rendah diri.
- Terus Memantau Kondisi Anak
Orangtua perlu terus memantau perkembangan anak setiap hari. Tetap dorong anak untuk pergi ke sekolah, namun pastikan untuk menanyakan perkembangan harian secara aktif. Jika dibutuhkan, bantuan dari ahli psikologi anak bisa menjadi solusi.
Orangtua dapat berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan panduan yang sesuai dalam menangani dampak psikologis bullying pada anak.
Perundungan pada anak bukanlah persoalan sepele. Dampaknya bisa sangat dalam dan membekas hingga anak tumbuh dewasa, bahkan dapat mempengaruhi kepercayaan diri serta interaksi sosialnya di kemudian hari.
Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk mengambil tindakan yang tepat, cepat, dan tegas saat mengetahui anak mereka menjadi korban bullying. (DH/WD)