Memaknai Grebeg Maulud, Prosesi Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad yang Tak Lepas dari Nilai Kebudayaan

gayuh
2 Min Read

Memaknai Grebeg Maulud, Prosesi Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad yang Tak Lepas dari Nilai Kebudayaan

gayuh
2 Min Read

ARTIKEL DIALOGMASA.com – Sejak masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I, Keraton Kasultanan Yogyakarta telah mengenal tradisi bernama Grebeg. Dalam bahasa Jawa, Brebeg atau Gumerebeg memiliki makna suara ribut dari sorakan penonton.

Tradisi Grebeg Maulud

Tradisi ini identik dengan Gunungan yang terdiri dari makanan atau hasil bumi sebagai simbol dari kemakmuran atau kesejahteraan. Merujuk pada Jurnal Pancasila Vol.1 no.2 tahun 2020, Grebeg Maulud merupakan kebudayaan khas Yogyakarta yang berasal dari zaman kerajaan Demak. Tepatnya, saat para Walisongo menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Grebeg Maulud merupakan bagian dari acara sekaten yakni acara untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad. Grebeg juga dimaknai sebagai “Miyos” yakni keluarnya sultan untuk memberikan gunungan kepada rakyatnya.

Prosesi Upacara Grebeg maulud

Acara Grebeg Maulud akan dimulai dengan Miyos Gangsa yang dilanjutkan dengan Numplak Wajik. Prosesi ini melibatkan semua senjata atau pusaka milik Keraton dikeluarkan.

Proses selanjutnya yakni Betak dan Pesawonan Garebeg.

Saat prosesi Pesowanan Grebeg berlangsung, nasi yang telah dimasak akan dibentuk bulatan-bulatan kecil. Kemudian, nasi tersebut akan diletakkan dalam pusaka Kanjeng Kyai Bwalong yang berwujud piring besar.

Selanjutnya, gunungan berjumlah enam buah akan diarah. Prosesi arakan akan diawali dengan konvoi prajurit keraton berseragam lengkap yang membawa senjata khusus.

Prosesi ini juga melibatkan prajurit membawa senjata berupa alat musik yang dimainkan setelah rombongan prajurit pertama keluar dengan menunggang kuda.

Selanjutnya, barulah muncul rombongan gunungan yang siap dibagikan ke masyarakat. Gunungan akan diarak dari dalam Keraton ke Masjid Gedhe Kauman.

Setelah gunungan selesai didoakan, masyarakat akan memperebutkan isi gunungan yang dipercaya membawa berkah. Grebeg Maulud memiliki makna hubungan antara Keraton Yogyakarta dengan masyarakatnya.

Selain itu, acara sakral ini juga menunjukkan bagaimana nilai-nilai Islam dan budaya lokal tetap saling bersinergi. Jika gunungan merupakan simbol keberkahan, maka prajurit melambangkan kekuatan dan perlindungan dari raja.

Grebeg Maulud menjadi contoh nyata bagaimana Islam dan budaya Jawa saling berinteraksi dengan harmonis. Upacara ini juga merupakan bentuk dakwah yang memperkuat Islam dalam konteks budaya lokal. (DH/WD)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×