MMD UB Gagas Kesadaran Global dan Meningkatkan Nilai Guna Barang Dalam Menekan Jumlah Sampah

Diary Warda
3 Min Read

MMD UB Gagas Kesadaran Global dan Meningkatkan Nilai Guna Barang Dalam Menekan Jumlah Sampah

Diary Warda
3 Min Read

MALANG, DIALOGMASA.com – MMD Universitas Brawijaya (UB) menggelar kegiatan Pengabdian Masyarakat selama satu bulan penuh di Desa Karanganyar, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, mulai 1 Juli hingga akhir bulan.

Kegiatan ini sebagai wujud dukungan atas program Global SDGs yang di tetapkan PBB. SDGs adalah singkatan dari Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

SDGs berisi serangkaian 17 tujuan global yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai agenda bersama untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan pada tahun 2030.

Adapun pengabdian saat ini masuk dalam SDGs 11 tentang (Kota dan Permukiman Berkelanjutan) dan SDGs 4 tentang (Pendidikan Berkualitas).

Salah satu kegiatan utama adalah diskusi kelompok warga untuk menggali pemahaman masyarakat terhadap isu global, sekaligus menjaring ide-ide lokal dalam pengolahan sampah.

Abdullah, S.Sos, M.Hub.Int, dosen Universitas Brawijaya, menegaskan pentingnya kesadaran global yang digagas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui program Pendidikan Kewargaan Global.

“Apa yang terjadi di Poncokusumo bukan hanya urusan lokal, tapi juga urusan global. Polusi di satu tempat bisa berdampak ke wilayah lain. Perang di Palestina misalnya, itu berdampak ke stabilitas ekonomi dunia. Di situlah letak pentingnya kesadaran global,” ujar Abdullah saat memberikan materi, Selasa (8/7/25).

Dalam kegiatan ini, MMD UB juga menggagas kampanye pengurangan sampah konsumsi sebagai turunan dari kesadaran global tersebut. Kampanye mencakup lomba kebersihan antar RT, pembuatan dan penyebaran poster lingkungan di sekolah serta fasilitas umum, hingga rebranding UMKM dan petani melalui konten kreatif.

Abdullah mengungkapkan, saat ini produksi sampah konsumsi di Malang mencapai sekitar 800 ton per hari, sebagian besar berasal dari kemasan plastik akibat gaya hidup instan.

Sementara itu, Dano Purba, S.Sos, MA, narasumber kedua dalam kegiatan ini, menyoroti pentingnya pengelolaan barang agar tidak menjadi sampah.

“Kita perlu belajar memaksimalkan nilai guna barang rumah tangga. Jika sudah tidak terpakai, bisa disalurkan ke pihak yang membutuhkan, seperti yayasan atau panti. Kalau masih bisa dikomersialkan, ya dikomersialkan. Minyak jelantah bisa jadi biogas, plastik bisa jadi kerajinan, dan sisa sayuran bisa diolah jadi kompos,” ujar Dano Purba.

Kegiatan ini melibatkan mahasiswa lintas jurusan dan difokuskan pula pada pendidikan kreatif berbasis solusi lokal, seperti rebranding sampah pertanian menjadi produk yang bernilai guna dan edukatif bagi masyarakat. (AL/WD)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×