Perang Israel Terhadap Iran: Strategi As–israel Untuk Dominasi Regional Dan Penghancuran Perlawanan

Diary Warda
3 Min Read

Perang Israel Terhadap Iran: Strategi As–israel Untuk Dominasi Regional Dan Penghancuran Perlawanan

Diary Warda
3 Min Read

Oleh: Abdullah
Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, Peneliti Pusat Peradaban Islam dan Kajian Timur Tengah Universitas Brawijaya

OPINI, DIALOGMASA.com – Aliansi Amerika Serikat dan Israel di Timur Tengah bukan sekadar kerja sama militer, melainkan sebuah strategi geopolitik menyeluruh yang bertujuan menciptakan ketidakstabilan kawasan, menghancurkan perlawanan Palestina, dan mengukuhkan supremasi Israel sebagai kekuatan dominan tanpa tanding. Dalam strategi besar ini, Iran menjadi satu-satunya hambatan besar yang terus mengganjal ambisi keduanya.

AS dan Israel secara sadar merancang arsitektur kekacauan di Timur Tengah. Dari Irak, Suriah, Lebanon, hingga Yaman, kawasan ini dihancurkan melalui invasi, perang proksi, dan operasi penggulingan rezim yang dibungkus dengan retorika perang melawan terorisme atau promosi demokrasi. Hasilnya adalah negara-negara yang runtuh, masyarakat yang tercerai-berai, dan kondisi yang sengaja dibiarkan rapuh agar tak ada satu pun kekuatan Arab atau Muslim yang bisa menantang posisi Israel.

Dalam kerangka ini, perlawanan Palestina menjadi target utama. Perjuangan rakyat Palestina, baik secara militer maupun sipil, bukan hanya dilihat sebagai ancaman keamanan, tetapi sebagai tantangan politik dan moral terhadap proyek kolonialisme permukim Israel. Meskipun dihadapkan pada blokade, pemboman brutal, dan penghancuran sistematis terhadap infrastruktur sipil, rakyat Palestina—khususnya di Gaza—terus bertahan dan berjuang. Genosida terbaru yang menewaskan puluhan ribu warga sipil hanyalah kelanjutan dari upaya panjang untuk melenyapkan semangat dan eksistensi mereka.

Di sisi lain, supremasi Israel terus dibangun melalui berbagai saluran: menjalin normalisasi dengan rezim-rezim Arab lewat Perjanjian Abraham, memperluas operasi intelijen Mossad, mengembangkan dominasi dalam perang siber dan kecerdasan buatan, serta terus mendapatkan perlindungan politik penuh dari Amerika, termasuk hak veto di PBB. Tujuan akhirnya bukanlah hidup berdampingan secara damai, tetapi menciptakan tatanan baru yang dikenal sebagai Pax Israelica—sebuah dominasi yang ditegakkan melalui kekuatan militer, teknologi, dan koalisi dengan rezim-rezim yang patuh.

Di tengah lanskap geopolitik ini, Iran muncul sebagai satu-satunya kekuatan yang tak hanya bertahan, tetapi juga aktif menentang ambisi AS–Israel. Iran bukan sekadar penentang secara retoris; dukungannya terhadap Hizbullah di Lebanon, kelompok perlawanan di Irak, Suriah, dan Yaman, serta pengaruh ideologisnya di dunia Islam menjadikannya musuh utama proyek hegemoni regional. Kekuatan rudal, teknologi drone, dan jaringan sekutunya telah membuat Tel Aviv dan Washington cemas.

Lebih dari itu, Iran menawarkan model alternatif bagi dunia Muslim—sebuah sistem pemerintahan Islam yang menolak dominasi Barat dan nilai-nilai neoliberalisme. Keberadaan dan konsistensinya memberi inspirasi bahwa perlawanan itu mungkin dan perlu. Karena alasan inilah, kampanye panjang untuk melemahkan Iran terus berlangsung, baik melalui sanksi, sabotase, pembunuhan tokoh militernya, maupun ancaman perang terbuka. Semua ini dilakukan demi menyingkirkan tembok terakhir yang menghalangi jalan menuju dominasi penuh Israel atas kawasan.

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×