Perempuan dan Lebaran: Sebuah Refleksi Tentang Peran, Tradisi dan Tanggung Jawab Perempuan

Redaktur
5 Min Read

Perempuan dan Lebaran: Sebuah Refleksi Tentang Peran, Tradisi dan Tanggung Jawab Perempuan

Redaktur
5 Min Read

Perempuan dan Lebaran: Sebuah Refleksi Tentang Peran, Tradisi dan Tanggung Jawab Perempuan

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu dan merupakan bulan yang sangat special dibanding dengan bulan lain bagi umat Muslim diseluruh dunia. Tak terkecuali bagi masyarakat Pandhalungan (Jawa dan Madura) di daerah kerisedenan Besuki.

Saat Ramadhan dianjurkan bagi seluruh umat Muslim untuk memperbanyak ibadah dengan berbagai acara seperti berpuasa, sedekah dengan membagikan makanan baik takjil maupun saat sahur, sedekah berupa uang dan lain-lain. Namun, dibalik indahnya bulan Ramadhan, perempuan tak luput dari beban ganda dari ekspektasi sosial atas dasar Peran, Tradisi dan Tanggung Jawab.

Peran Ganda Perempuan Saat Ramadhan dan Lebaran

Perempuan pada saat ramadhan dan lebaran akan menghadapi tugas yang lebih banyak dari sebelumnya. Perempuan dituntut untuk mengurusi kebutuhan keluarga, seperti menyiapkan takjil, makanan berbuka dan makanan sahur, bebersih rumah terlepas dari apapun profesinya.

Terlebih lagi jika seorang perempuan itu merupakan wanita karir yang mana mereka juga bekerja diluar rumah, tentu tanggung jawab ini akan semakin berat. Fenomena ini seringkali terjadi saat Ramadhan dan Lebaran tiba dimana perempuan menjadi sangat sibuk dan tidak punya waktu luang untuk diri sendiri. 

Saat pertengahan Ramadhan, perempuan sudah disibukkan dengan membuat kue-kue khas lebaran yang harus tersedia di meja untuk menyambut tamu-tamu yang akan datang saat Lebaran tiba. Hal ini seakan menjadi tugas yang dianggap sebagai kewajiban perempuan dalam ranah domestic, sebuah pandangan yang sudah mengakar pada budaya masyarakat Indonesia terutama pada masyarakat Pandhalungan.

Pada saat lebaran, dari pagi perempuan khususnya Ibu sudah harus berkecamuk dan disibukkan dengan menyiapkan makanan khas Lebaran dan memastikan keadaan rumah tetap bersih sehingga saat tamu datang semua keadaan rumah tidak mengecewakan. Ibu harus memastikansegala hal dalam rumah saat lebaran meliputi keuangan, makanan, kebersihan, kesenangan tamutamu serta ekspektasi sosial terhadap ibu.

Tentu beban ganda ini menimbulkan berbagai dampaksecara fisik maupun psikologis terhadap Ibu. Kurangnya istirahat akibat menyiapkan masakan dan membersihkan rumah dapat menyebabkan kelelahan dan untuk memenuhi ekspektasi sosial dalam menyuguhkan khasnya Lebaran yang sempurna tak jarang banyak Ibu yang stress dan menimbulkan kecemasan. 

Menurut artikel yang dimuat pada Parapuan.co, alasan perempuan selalu dibebankan dalam tugas rumah tangga termasuk dalam menyambut Ramadhan dan Lebaran adalah strereotip gender dan pembagian kerja berdasarkan gender seseorang.

Perempuan dianggap sebagai ibu rumah tangga dan harus bekerja diranah domestic dan laki-laki sebagai pekerja diluar rumah dan pencari nafkah. Dampaknya, peran domestic yang berlebihan ini membuat kualitas hidup perempuan menjadi menurun dan sulit menyeimbangkan mana kewajiban dan hak.

Refleksi Dalam Perayaan Lebaran Pada Perempuan

Pada saat Ramadhan, pekerja non-domestik seringkali mengdapat dispensasi di tempat laki-laki bekerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pekerjaan domestic meningkat sedangkan pekerjaan non-domestik semakin berkurang.

Tingkat keterampilan dan pendidikan yang rendah juga menjadi factor mengapa Ibu selalu dinomorduakan dan dirasa pantas melakukan hal-hal domestic yang ujung-ujungnya juga bermuara pada kemiskinan suatu keluarga. Dalam ajaran Islam, umat muslim senantiasa didorong untuk bergerak aktif dan kreatif, serta tidak boleh bermalas-malasan dan berpangku tangan terhadap orang lain.

Umat muslim dianjurkan untuk melakukan pekerjaan dilandasi dengan tujuan-tujuan yang mulia, tak terkecuali pekerjaan rumah tangga saat menyambut Ramadhan dan Lebaran. Sebagai mana yang di riwayatkan oleh Aisyah RA., bahwa ketika ia ditanya oleh Sahabat apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw saat dirumah? Aisyah menjawab bahwa Rasulullah membantu pekerjaan rumah tangga dalam keluarganya. (HR. Bukhari).

Nabi Muhammad SAW merupakan panutan bagi seluruh muslim di dunia, beliau telah mencontohkan bagaiman bersikap supportive kepada keluarga dan istrinya secara langsung. Beliau mencontohkan bagaimana laki-laki harus tetap terlibat dalam urusan domestic, karena hal tersebut bukan hanya urusan perempuan melainkan urusan bersama untuk membangun rumah tangga yang damai sejahtera tanpa menyakiti salah satu pihak.

Rasa saling pengertian harus dibentuk dengan sesame anggota keluarga agar Ramadhan dan Lebaran semakin nyaman dan membuat keluarga semakin harmonis. Unsur kesalingan juga harus dihadirkan untuk menjaga kerukunan dan kesejahteraan keluarga.

Oleh: Mahasiswa Program Studi Kajian Wanita, Universitas Brawijaya Aprilina Arifin

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×