Peringati 125 Tahun Kehadiran Komunitas Ursulin di Malang, Cor Jesu Luncurkan Buku

Diary Warda
4 Min Read

Peringati 125 Tahun Kehadiran Komunitas Ursulin di Malang, Cor Jesu Luncurkan Buku

Diary Warda
4 Min Read

MALANG (dialogmasa.com) – Pada Sabtu (10/5), diadakan acara peluncuran buku Cor Unum Et Animalia Una yang diselenggarakan di aula Kampus Cor Jesu, Klojen, Kota Malang. Acara yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB ini dihadiri sekitar lima puluh peserta.

Acara diawali dengan doa bersama, diikuti kata sambutan dari Suster Inggrid Widhiningsih selaku pimpinan Cor Jesu. Dalam sambutannya, ia berharap keberadaan Kampus Cor Jesu bisa bermanfaat bagi masyarakat. Setelah itu, sambutan diberikan oleh salah satu alumni Sekolah Cor Jesu sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Prudentia. Ia memuji penggunaan diksi-diksi dalam buku ini. Tak lupa, ia menambahkan bahwa dengan membaca buku ini, pembaca bisa mengetahui peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Cor Jesu.

Peluncuran buku ini dilakukan untuk memperingati 125 tahun kehadiran Komunitas Ursulin dan Sekolah Cor Jesu di Kota Malang. Selain itu, kehadiran buku ini juga menjadi bentuk apresiasi kepada para suster dan pendidik terdahulu yang telah meletakkan pondasi pendidikan bagi putra-putri Cor Jesu.

“Buku ini menjawab banyak sekali pertanyaan karena banyak orang hanya tahu bagian depan bangunan ini. Saat pendudukan Jepang yang kejam, di buku ini ada sumber-sumber visual yang awalnya menjadi arsip internal, kini menjadi arsip kolektif,” ucap FX Domini BB Hera, yang menjadi moderator sekaligus Dosen Universitas Ciputra Surabaya.

Sementara itu, menurut Dwi Cahyono, budayawan Malang yang turut menjadi narasumber, buku ini sangat layak diapresiasi. Pemilik Museum Panji Malang ini mengatakan bahwa foto-foto dalam buku tersebut sangat membantu masyarakat untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa itu. Ia juga menggarisbawahi beberapa peristiwa penting dalam sejarah Kota Malang, termasuk keberadaan Ordo Ursulin yang diperkirakan berkaitan dengan Undang-Undang Gula yang diterapkan pemerintah kolonial, sehingga mengundang lebih banyak orang kulit putih datang ke Malang.

Acara ini juga turut menghadirkan Romo Ignasius Budiono selaku Wakil Prior Provinsial Ordo Karmel Indonesia sebagai narasumber. Ia mengutip isi buku yang menyebut bahwa bangunan ini merupakan salah satu bangunan terindah di Indonesia. Selain itu, pada masa lalu, pendirian bangunan ini juga sempat menimbulkan pro dan kontra di kalangan internal agamawan.

“Cor Unum et Anima Una, yang berarti sehati sejiwa, adalah sebuah salam yang akhirnya menjadi judul buku,” ujar Suster Lucia Anggraini, penulis buku.

Ia menuturkan bahwa buku ini terinspirasi dari Kronik Biara Kepandjen-Surabaya dan Malang 1863–1986 yang ditulis oleh Suster Romana Haberhausen. Masih dalam pemaparannya, Suster Lucia menceritakan sekilas sejarah keberadaan Komunitas Ursulin di Hindia Belanda. Usai berada di Batavia, ordo ini kemudian melebarkan sayap ke Surabaya, diikuti oleh Malang. Perintis Komunitas Ursulin di Malang adalah Suster Angele Flecken. Keberadaan Suster Ursulin di kota ini juga tak bisa dilepaskan dari Keluarga Stucky, yang menampung para suster saat mereka tiba di Malang.

Dalam sesi tanya jawab, Suster Lucia memaparkan bahwa ada kaitan antara Suster Ursulin dan Kartini, di mana dahulu Kartini pernah berkeinginan sekolah di Ursulin, tetapi tidak kesampaian. Tak hanya itu, sebuah fakta menarik juga terungkap mengenai keberadaan bunker yang menghubungkan Cor Jesu dan Frateran yang sama-sama berada di Jalan Agung Suprapto. (Ali/ Wj)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×