Oleh : Sonhaji
OPINI, DIALOGMASA.com – Sebagai warga Pasuruan, saya sering kali menyaksikan acara pernikahan yang diiringi dengan penutupan jalan. Bagi saya, kebiasaan ini sudah tidak relevan di era modern ini. Dulu, mungkin tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan, sehingga penutupan jalan tidak terlalu berdampak pada masyarakat. Namun, di era sekarang, dengan jumlah kendaraan yang semakin banyak, penutupan jalan dapat menyebabkan kerugian yang signifikan.
Resiko terbesar yang dapat terjadi adalah ketika ada orang yang terburu-buru, seperti orang sakit, orang hamil yang akan melahirkan, atau orang tua yang terbatas kemampuan fisiknya. Penutupan jalan dapat menyebabkan keterlambatan yang dapat berdampak pada keselamatan mereka. Selain itu, mobilitas ekonomi juga dapat terganggu, yang dapat berdampak pada kegiatan ekonomi sehari-hari.
Meski dampaknya mungkin tidak terjadi setiap hari, namun jika banyak orang yang terkena dampaknya, maka kerugian yang ditimbulkan dapat menjadi signifikan. Baik dan buruk, benar dan salah, tidak dapat dihitung secara kuantitas. Meski sedikit salah, tetap salah. Merugikan tetap merugikan.
Dari perspektif hukum sosial dan agama, mengganggu ketertiban atau orang lain tidak dibenarkan. Kita harus menghormati hak-hak orang lain dan tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan mereka.
Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa kebiasaan menutup jalan untuk acara pernikahan atau acara lainnya harus ditinggalkan. Kita harus mencari alternatif lain yang tidak mengganggu masyarakat, seperti menggunakan lokasi yang lebih luas atau mengatur acara dengan lebih baik sehingga tidak mengganggu lalu lintas.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan tidak saling merugikan.
