Target Zero Stunting, Kades Ngerong Dorong Penguatan Posyandu dan Partisipasi Masyarakat

Diary Warda
3 Min Read

Target Zero Stunting, Kades Ngerong Dorong Penguatan Posyandu dan Partisipasi Masyarakat

Diary Warda
3 Min Read

PASURUAN, DIALOGMASA.com — Pemerintah Desa Ngerong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan menunjukkan komitmen serius dalam upaya menekan angka stunting. Bukan sekadar slogan, edukasi dan tindakan preventif dilakukan secara masif, salah satunya melalui forum Rembuk Stunting bertema “Merumuskan Strategi dan Tindakan Konkret dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting” yang digelar di Balai Desa Ngerong, Rabu (16/7/2025).

Kegiatan ini diikuti oleh kader Posyandu dan perangkat desa setempat, dengan tujuan memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan dalam mencegah kasus stunting yang masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

Tak main-main, agar perencanaan strategis berjalan tepat sasaran, Kepala Desa Ngerong, H. Jemik Sadiman atau akrab disapa Gus Jemik menghadirkan narasumber ahli gizi dari Puskesmas Gempol, Qomariyah. Dalam paparannya, Qomariyah menegaskan bahwa stunting bukan sekadar soal tinggi badan anak yang terlihat lebih pendek, tetapi lebih kepada masalah gizi kronis.

“Stunting tidak bisa dinilai hanya dari penampakan fisik. Harus dilihat dari usia dan berat badan. Anak pendek bisa saja karena keturunan, tapi stunting umumnya disebabkan kekurangan asupan gizi,” jelas Qomariyah.

Berdasarkan data, saat ini terdapat 12 anak di Desa Ngerong yang teridentifikasi mengalami stunting. Qomariyah menyebut kondisi ini harus ditangani serius agar desa mampu mencapai target zero stunting.

“Target kami jelas, zero stunting. Namun, ini tantangan besar karena seringkali stunting baru terdeteksi setelah anak berusia dua tahun,” terangnya.

Qomariyah juga mengungkap tantangan utama dalam pemenuhan gizi anak, terutama terkait pemberian makanan bayi dan anak (PMBA). Salah satunya adalah kebiasaan anak yang sulit makan sayur atau makanan bergizi lainnya.

“Kami mendorong adanya variasi makanan dengan kandungan gizi seimbang, tidak terpaku pada satu jenis makanan saja,” tegasnya.

Ia juga menyoroti rendahnya capaian pemberian ASI eksklusif yang menjadi salah satu penyebab stunting. Target nasional ASI eksklusif adalah 80 persen, namun secara fakta baru tercapai sekitar 40 persen.

“Banyak alasan kenapa angka ASI eksklusif rendah, mulai dari ASI tidak keluar hingga ibu bekerja,” imbuhnya.

Selain faktor teknis, Qomariyah juga menegaskan akar persoalan stunting di Indonesia banyak dipicu oleh pola pikir masyarakat yang belum menganggap stunting sebagai masalah serius.

“Masyarakat sering tidak menyadari bahwa stunting berdampak pada kecerdasan anak. Ini persoalan pola pikir yang harus kita ubah bersama,” tukasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Ngerong, H. Jemik Sadiman menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan layanan Posyandu dan mendorong partisipasi masyarakat.

“Lewat rembuk ini, saya harapkan muncul kritik konstruktif dan saran dari masyarakat agar pelayanan Posyandu terus membaik. Target kita jelas, menuju zero stunting,” tegas Jemik.

Sebagai langkah konkret, Jemik berkomitmen memastikan kehadiran balita di Posyandu mencapai 100 persen. Ia bahkan membuka opsi pemberian insentif bagi warga yang rutin hadir ke Posyandu.

“Jika ada warga yang tidak hadir ke Posyandu, akan kami pantau dan dampingi. Bisa juga diberikan doorprize agar masyarakat semakin semangat datang ke Posyandu,” pungkasnya. (Abi/Wj)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×