PASURUAN, DIALOGMASA.com – Kesenian tradisional Tari Ojung masih terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Seni tradisi warisan leluhur ini kembali digelar dalam rangkaian acara ruwah dusun di Dusun Jurangpelan 1, setelah sempat vakum selama lebih dari empat tahun akibat pandemi COVID-19.
Tari Ojung merupakan pertunjukan khas yang mengandalkan cambuk rotan sebagai properti utama. Dua orang penari saling mencambuk satu sama lain secara bergantian, dengan batas waktu yang ditentukan oleh wasit atau yang dikenal dengan sebutan kemlandang.
Sebelum aksi saling cambuk dimulai, para pemain akan menari mengelilingi arena, menghentakkan kaki sesuai irama musik pengiring. Gerakan demi gerakan diselaraskan dengan alunan gamelan, sementara para penonton bersorak memberi semangat. Setiap sesi pertunjukan biasanya berlangsung dalam tiga hingga lima ronde, dengan durasi sekitar lima menit per ronde.

Menariknya, tidak ada sistem menang-kalah dalam tradisi ini. Esensi dari Tari Ojung lebih menekankan pada kemeriahan acara dan pelestarian budaya, bukan pada adu kekuatan. Para pemain juga akan menerima uang apresiasi dari panitia setelah menjalani tiga ronde cambukan.
Gus Mahfud, tokoh masyarakat sekaligus Ketua Panitia Ruwah Dusun Jurangpelan 1, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tradisi sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT.
“Acara ruwah dusun ini digelar setiap tahun secara gotong royong oleh warga. Tahun ini, selain pawai ancak, kami juga menggelar kembali kesenian Ojung setelah sebelumnya fakum karena pandemi. Ini juga berdasarkan masukan dari masyarakat bawah, yang rindu dengan suasana khas Ojung,” terang Gus Mahfud kepada wartawan.
Pagelaran Tari Ojung ini menjadi bukti nyata semangat warga Bulusari dalam merawat budaya lokal, sekaligus memperkuat nilai-nilai kebersamaan di tengah masyarakat. (Abi/Wj)