PASURUAN (dialogmasa.com) – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan bahwa 800 ribu lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih menganggur. Salah satu penyebabnya adalah ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan dengan kebutuhan industri.
“Mereka yang belum mendapatkan pekerjaan rata-rata berusia produktif, sekitar 21-29 tahun,” ujar Yassierli pada akun Investor Daily, Sabtu (22/3).
Menaker menilai, permasalahan ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan institusi pendidikan. Kampus sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan meninjau kembali kurikulumnya agar lebih selaras dengan kebutuhan dunia kerja. Di sisi lain, pemerintah juga didorong untuk menyediakan program peningkatan keterampilan agar lulusan lebih siap bersaing.
Sejumlah warga Pasuruan memberikan pandangan terkait masalah ini. Kusnadi, salah seorang warga, menilai bahwa dunia kerja bersifat dinamis sehingga lulusan sebaiknya memiliki rencana cadangan.
“Sulit mengira-ngira, jika sekolah memberi pelajaran A, nanti setelah lulus pekerjaan yang butuh A bisa ada, bisa tidak ada. Ini normal. Jadi yang perlu ditekankan adalah setiap pelajar harus punya plan B atau menyiapkan skill B,” katanya.
Pendapat lain disampaikan Abdul, warga Pasuruan lainnya. Ia menilai bahwa permasalahan ini tidak hanya terletak pada kurikulum, tetapi juga pola pikir lulusan yang masih berorientasi sebagai pencari kerja.
“Mindset-nya yang harus diubah dari pencari kerja menjadi pencipta kerja. Mencari kerja akan sulit, namun menciptakan kerja bisa disesuaikan dengan passion dan dikembangkan perlahan, pasti bisa berhasil,” ujarnya. (RED)