PASURUAN (dialogmasa.com) – Upaya mendorong seni rupa Indonesia agar mampu bersaing di pasar global menjadi topik utama dalam diskusi yang digelar di Koperasi Usaha Tani Terpadu (KUTT) Suka Makmur, Grati, Pasuruan, Jum’at (24/01/25).
Acara ini diselenggarakan oleh KUTT Suka Makmur bekerja sama dengan Derik Exhibition, menghadirkan narasumber berpengalaman, yakni Dr. Mikke Susanto, MA, kurator seni asal Yogyakarta, dan Yasuyuki Korekawa, Presiden Direktur Missau Corporation.
Diskusi yang dihadiri komunitas seni, tenaga pengajar, dan masyarakat umum ini membahas peluang, tantangan, serta strategi agar seni rupa Indonesia mampu menembus pasar dunia.
Dalam pemaparannya, Dr. Mikke Susanto menekankan pentingnya seniman memiliki keterampilan manajemen seni yang baik.
“Sebagai seniman, kita harus memiliki tiga keterampilan utama, yaitu manajemen produksi kreatif untuk menghasilkan karya inovatif, manajemen organisasional agar komunitas dan kegiatan seni berjalan dengan baik, serta manajemen ekstensial untuk mempertahankan eksistensi di tengah persaingan,” ujarnya.
Salah satu peserta diskusi, Nabil, menyoroti keadaan pasar seni rupa baik di kota maupun daerah.
“Sejauh ini pasar karya seni sangat masif, tetapi tidak merata. Seperti halnya di kota dan daerah, daya beli pasti berbeda. Mungkin ada beberapa faktor yang perlu diteliti agar pembelian karya seni mampu menjangkau daerah,” ungkapnya.
Nabil juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam pengembangan seni rupa.
“Kita membutuhkan fasilitas untuk pameran seni atau budaya. Ketika fasilitas dan dukungan dari pemerintah itu ada, maka akan memberikan dampak signifikan kepada pekerja seni, komunitas, ataupun lainnya,” tambahnya.
Diskusi ini memberikan wawasan baru bagi para peserta untuk bersama-sama memperkuat posisi seni rupa lokal di pasar global. Dengan dukungan pemerintah, kolaborasi komunitas, dan penguatan manajemen seni, seni rupa Indonesia memiliki potensi besar untuk mendunia. (Al/Wd)
