Tertidur Setelah Bekerja Keras, Mengintip Mimpi Pokdarwis untuk Desa Wisata Pasuruan

Diary Warda
3 Min Read

Tertidur Setelah Bekerja Keras, Mengintip Mimpi Pokdarwis untuk Desa Wisata Pasuruan

Diary Warda
3 Min Read

FEATURE, DIALOGMASA.com – Desa wisata menjadi salah satu ujung tombak pembangunan ekonomi kreatif dan pelestarian budaya di Kabupaten Pasuruan. Hingga saat ini, tercatat ada 15 desa wisata yang telah mendapatkan SK resmi dari Bupati setelah memenuhi berbagai persyaratan kelembagaan dan verifikasi. Desa-desa tersebut antara lain: Tosari, Podokoyo, Wonokitri, Gerbo, Andonosari, Kertosari, Tambaksari, Jatiarjo, Cendono, Sukolilo, Kolursari, Gang Pleret, Wonosunyo, Oro-oro Ombo, dan Kalipucang.

Namun di balik pencapaian itu, terdapat ironi yang menggelayut. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)—yang selama ini menjadi motor penggerak pembangunan pariwisata desa—mengalami kemandekan. Dari total 63 Pokdarwis yang ada, banyak di antaranya kini stagnan, bahkan mati suri.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pokdarwis Kabupaten Pasuruan, Bahruji, saat diwawancarai oleh Dialog Masa pada Rabu, (28/05/2025).

“Pokdarwis di Kabupaten Pasuruan ada 63 saat ini stag, tidak ada pergerakan. Bahkan ada yang mati suri. Hal ini karena kita tidak ada sisi pendampingan atau tindak lanjut dari pembekalan skill,” ujar Bahruji.

Meski begitu, api semangat belum sepenuhnya padam. Harapan masih tersisa di dada para pegiat wisata desa.

“Harapan kami ke depan, sinergitas meningkat antara Pokdarwis, pemerintah desa, Dinas Pariwisata, bahkan anggota DPRD, untuk pengembangan dan inovasi desa wisata yang ada di Kabupaten Pasuruan,” imbuhnya.

Bertahan dengan Swadaya dan Kemitraan
Dalam keterangannya, Bahruji menjelaskan bahwa selama ini para anggota Pokdarwis tak tinggal diam. Mereka bergerak—meski terbatas—dengan upaya swadaya serta menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk BUMN, perusahaan, dan pemerintah.

“Banyak hal yang dilakukan teman-teman, mulai dari swadaya, menjalin kemitraan dengan stakeholder, juga dengan BUMN/perusahaan dan pemerintahan. Semua itu untuk mewujudkan ide, gagasan, serta perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang yang tertuang dalam masterplan Pokdarwis masing-masing desa,” terang Bahruji.

Namun, tanpa adanya pendampingan yang konsisten dan program penguatan kapasitas, upaya tersebut sering kali jalan di tempat. Beberapa desa bahkan mulai kehilangan semangat setelah lama berjuang tanpa dukungan yang memadai.

Menyulam Asa, Menyusun Langkah
Kisah Pokdarwis di Kabupaten Pasuruan bukan semata soal stagnasi, tapi juga tentang semangat kolektif yang butuh dukungan nyata. Dalam tubuh para relawan Pokdarwis masih mengalir harapan: agar desa wisata tidak sekadar jadi label administratif, melainkan benar-benar menjadi ruang hidup yang dinamis, kreatif, dan berdampak bagi warga desa.

Mereka tidak minta banyak. Hanya sinergi yang tulus, pendampingan yang berkelanjutan, dan pengakuan terhadap kerja-kerja kecil yang selama ini dilakukan dengan keterbatasan.

Kini, bola ada di tangan para pemangku kebijakan. Akankah mereka menjawab asa itu? Atau membiarkan Pokdarwis terus terlelap dalam tidurnya? (Red)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×