Gara-gara Larangan Kawin Campur, Batavia Impor Perempuan Belanda

Diary Warda
2 Min Read

Gara-gara Larangan Kawin Campur, Batavia Impor Perempuan Belanda

Diary Warda
2 Min Read

SEJARAH, DIALOGMASA.com – Usai menaklukkan Jayakarta pada 1619, Jan Pieterszoon (JP) Coen kemudian membangun ulang kota tersebut yang dinamai Batavia. Pendirian Batavia juga dimaksudkan sebagai koloni sekaligus permukiman Belanda di Asia. Sayangnya, niat tersebut terhalang kurangnya penduduk. Laki-laki Belanda yang tinggal di Batavia adalah para pekerja VOC yang kebanyakan masih lajang. Sementara kaum perempuannya merupakan penduduk pribumi (Asia).

Ketiadaan perempuan Belanda totok, membuat para pekerja VOC terutama dengan pangkat rendahan mengambil perempuan pribumi sebagai gundik atau istri mereka. Suatu hal yang tidak disukai JP Coen. Ia bahkan mengeluarkan larangan mengambil perempuan pribumi sebagai pasangan pada 11 Desember 1620.

Demi memenuhi ambisinya untuk mewujudkan permukiman orang-orang Belanda, JP Coen pun meminta kepada Heren XVII (dewan direksi VOC) di Amsterdam untuk mengirimkan para perempuan Belanda ke Batavia. Aslinya, Heren XVII sendiri keberatan dengan usul ini mengingat biaya pengiriman para perempuan ke Batavia sangat mahal. Sementara JP Coen berharap, adanya perempuan Belanda bisa mencegah perkawinan campur antara laki-laki Belanda dan perempuan pribumi. Selain itu, laki-laki VOC juga bisa mendapatkan perempuan yang pantas.

Para perempuan ini berasal dari panti asuhan di Belanda . Setibanya di Batavia, mereka akan diasuh, dirawat, dan dididik sampai cukup umur untuk kemudian dikawinkan dengan lelaki yang baik-baik pula. Melalui perkawinan ini diharapkan bisa mendapatkan keturunan yang baik-baik pula. Dengan demikian, posisi perempuan pribumi bisa digantikan.

Meskipun keinginan JP Coen ini sempat dipenuhi dengan dikirimnya beberapa perempuan Belanda yang tiba di Batavia pada 1622, tetapi rencana JP untuk mewujudkan sebuah koloni yang dihuni laki-laki dan perempuan Belanda tetap gagal. Alasannya, perkawinan manusia lawan jenis sesama Belanda di Batavia tak membuahkan keturunan yang ditandai dengan angka keguguran dan kematian anak yang sangat tinggi. (DS)

Sumber referensi
Baay, Reggie. Nyai & Pergundikan di Hindia Belanda. (2017). Depok: Komunitas Bambu.
Sunjayadi, Ahmad. (bukan) Tabu di nusantara. (2018). Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×