PASURUAN, DIALOGMASA.com – Kebutuhan dana bagi masyarakat cukup besar dan beragam, baik untuk kebutuhan pokok, peribadatan hingga sosial.
Oleh karena itu banyak ragam dan yang diatur baik oleh agama, negara maupun kesepakatan masyarakat guna menjawab kebutuhan dan hajat hidup orang banyak.
Masjid contohnya, memiliki dana dari masyarakat yang terkadang jumlahnya bisa dibilang besar. Dana masjid secara umum digunakan untuk pembangunan masjid dan segala operasional yang dibutuhkan terkait masjid.
Namun sebagian orang bertanya, bila dana masjid besar atau berlebih apakah boleh digunakan untuk kebutuhan sosial dimasyarakat?
Untuk mendapatkan jawaban atas hal itu media dialogmasa melakukan sesi wawancara dengan Ustad Mansur, Wakil ketua PC LTMNU Kabupaten Pasuruan, pada Selasa, (22/07/25).
Ustadz Mansur menjelaskan bahwa dana masjid secara peruntukan ada dua, “Dana masjid itu secara fiqih terbagi menjadi 2,
yaitu : Dana Imaroh, yaitu dana yang husus untuk pembangunan atau perawatan fisik masjid), dan kedua dana Maslahah, yaitu dana untuk kemaslahatan masjid di luar kepentingan pembangunan dan perawatan fisik masjid.”
Melanjutkan penjelasannya ia menjabarkan contoh peruntukan dana Maslahah, “Dana maslahah termasuk untuk bayar air, listrik, pembelian lampu penerangan dan kalau punya termasuk Ganset,” imbuhnya.
Lantas apakah artinya tidak bisa dana masjid digunakan untuk sosial? Ustadz Mansur menjelaskan demikian.
“Agar tidak menyalahi hukum fiqih, sebaiknya masjid juga menyediakan dana sosial (misal dengan cara mengumpulkan donatur atau melalui kotak amal sosial. Hal tersebut sangat aman dan tidak menyalahi fiqih serta keniatan orang yang berjariyah,” tutupnya.
Untuk diketahui bahwasanya dana yang masuk ke masjid adalah dana infaq/shodaqoh bukan zakat karena masjid menurut keterangan Nara sumber tidak tergolong penerima zakat. (AL/WD)
