SUDUT PANDANG, DIALOGMASA.com – Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya (UB), Abdullah, hadir dalam Konferensi Internasional Ilmuwan Muslim 2025 yang digelar pada 17–18 November 2025 di Hotel Mardhiyah, Shah Alam, Selangor.
Konferensi ini mengusung tema Menjembatani Sains, Teknologi, dan Iman untuk Masa Depan yang Berkelanjutan.
Kegiatan berskala internasional ini diselenggarakan oleh Dewan Konsultasi Organisasi Islam Malaysia (MAPIM) bekerja sama dengan Kantor Perdana Menteri Malaysia, MOSTI, IIUM, IKIM, dan MAAC.
Acara dihadiri lebih dari 200 ilmuwan, akademisi, pejabat pemerintah dan peneliti dari 9 negara, termasuk Malaysia, Indonesia, Singapura, Iran, Turki dan Palestina.

Konferensi bertujuan membangun kolaborasi ilmiah dunia Islam, mengembangkan kerangka sains beretika Islam, serta mendorong negara-negara Muslim menjadi pusat inovasi berbasis nilai kemanusiaan. Forum ini juga diharapkan menghasilkan Deklarasi Shah Alam 2025 serta membentuk Jaringan Ilmuwan Muslim Regional.
Dalam forum ilmiah tersebut, Abdullah turut mempresentasikan artikelnya berjudul “Pertarungan Paradigma Keadilan Gender: Sebuah Kajian Politik Komparatif atas Feminisme Liberal dan Model Emansipatoris Islam Ayatollah Khamenei.”
Gagasan yang disampaikan oleh Abdullah tersebut mengkaji secara kritis wacana Ayatollah Ali Khamenei tentang peran, status dan hak perempuan dalam Islam sebagai antitesis terhadap feminisme liberal.
Melalui pendekatan kualitatif dan tinjauan pustaka sistematis, studi ini menyoroti perbedaan mendasar antara paradigma feminis liberal yang berorientasi pada egalitarianisme absolut dan perspektif Islam yang menekankan keadilan alamiah.
Abdullah menunjukkan bagaimana kerangka teoritis Khamenei menempatkan perempuan sebagai aktor aktif pembangunan peradaban, dengan integrasi harmonis antara peran domestik dan publik. Bukti empiris dari Iran pasca Revolusi Islam 1979 menunjukkan model pemberdayaan yang kontekstual dan berkelanjutan.
Presiden MAPIM, Mohd Azmi Abdul Hamid, menyatakan bahwa konferensi ini bukan hanya pertemuan ilmiah, tetapi upaya menyatukan visi umat Islam dalam memajukan sains yang berlandaskan amanah dan tanggung jawab sosial.
Partisipasi Abdullah menegaskan komitmen UB dalam memperluas jejaring akademik internasional serta memperkuat kontribusi Indonesia dalam diplomasi ilmu pengetahuan global. (Reales)

