PASURUAN, DIALOGMASA.com — Sebanyak 92 kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari seluruh Kabupaten Pasuruan mengikuti Workshop Inovasi Kepala Madrasah dalam Mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Cinta yang berlangsung di Gedung LP Ma’arif PCNU Kabupaten Pasuruan, Rabu (26/11/2025).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya, Dr. Agus Akhmadi, serta dihadiri langsung Plt Kepala Kemenag Kabupaten Pasuruan, Achmad Shampton, S.HI, M.Ag.
Peserta workshop berasal dari sembilan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) MTs, meliputi KKM MTsN 1 Pasuruan, MTsN 2 Pasuruan, MTsN 3 Pasuruan, MTsN 4 Pasuruan, MTs Sukorejo, serta KKM MTs Darut Taqwa Sengonagung Purwosari.
Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung selama dua hari, dengan pembagian peserta berdasarkan wilayah KKM.

Ketua KKM MTs Kabupaten Pasuruan, H. Yasir, S.Ag, M.Pd, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kehadiran Plt Kepala Kemenag. Ia menjelaskan bahwa pelaksanaan workshop diatur per wilayah untuk memastikan efektivitas kegiatan.
“Workshop hari pertama untuk KKM wilayah Pasuruan barat, dan hari berikutnya untuk KKM lainnya,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya kegiatan ini agar seluruh kepala madrasah memahami konsep kurikulum berbasis cinta dan dapat menerapkannya di madrasah masing-masing.
Menurutnya, terdapat sembilan KKM MTs yang bernaung di Kabupaten Pasuruan dan seluruhnya terlibat aktif dalam proses peningkatan mutu pendidikan melalui kegiatan ini.
Dalam arahannya saat membuka workshop, Plt Kepala Kemenag Kabupaten Pasuruan, Achmad Shampton, S.HI, M.Ag, menegaskan bahwa kurikulum berbasis cinta bukan sekadar konsep, tetapi sebuah sikap dalam memandang dan memperlakukan peserta didik.
“Kurikulum berbasis cinta implementasinya adalah bagaimana kita memandang makhluk Allah dan memperlakukannya,” tegasnya. Ia juga mengingatkan bahwa guru tidak bisa membentuk karakter cinta pada anak jika dirinya sendiri belum memahami makna cinta yang sebenarnya.
Shampton menegaskan bahwa pribadi guru menjadi penentu keberhasilan pembelajaran, “Cara lebih baik daripada substansi, dan guru lebih penting daripada metode dalam teknis maupun praktiknya,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia mengajak para kepala madrasah untuk merenungi kembali niat dan peran mereka. “Apakah kita sudah melihat murid sebagai makhluk Allah yang kita digaji untuk memintarkan dan membimbingnya?” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa kurikulum apa pun tidak akan efektif jika guru memiliki masalah pribadi atau bahkan menjadi bagian dari masalah itu sendiri. Ia menutup arahannya dengan pesan moral kepada para pendidik. “Jangan mudah men-justice anak. Arahkan dan doakan,” pesannya.
Workshop ini diharapkan mampu memperkuat kapasitas kepala MTs dalam mengelola lembaga secara humanis, penuh empati, dan berorientasi pada pembinaan karakter.
Melalui materi dan diskusi yang diberikan narasumber, para kepala madrasah diharapkan mampu menciptakan suasana pendidikan yang lebih berlandaskan cinta dan kasih sayang, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik.
Kegiatan ini menjadi langkah strategis bagi Kemenag Pasuruan bersama seluruh Kepala MTs dalam memperkuat implementasi kurikulum berbasis nilai dan karakter di lingkungan madrasah. (AL/WD)

