PASURUAN, DIALOGMASA.com — Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kabupaten Pasuruan, Diano Vela Fery, S.Sos., M.A., menginisiasi lahirnya Sistem Koordinasi Sekolah Rakyat (SEMARAK) sebagai langkah strategis untuk mengoptimalkan program pendidikan menengah berasrama bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
“Inovasi ini hadir untuk menjawab persoalan akses pendidikan yang belum merata, angka putus sekolah yang masih tinggi, serta belum adanya wadah koordinasi lintas sektor. Kami ingin Sekolah Rakyat menjadi model pendidikan yang inklusif, kontekstual, dan berakar pada nilai-nilai religius, sosial, serta budaya masyarakat Kabupaten Pasuruan,” ujar Diano dalam Seminar Rancangan Proyek Perubahan di Badan Diklat Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (14/7/2025).
SEMARAK dirancang sebagai wadah koordinasi lintas sektor berbasis aplikasi digital. Tim Koordinasi Sekolah Rakyat akan mempertemukan Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas PMD, Bappeda, desa, serta elemen masyarakat dan LSM dalam sebuah forum yang terintegrasi. “Dengan sistem ini, semua pihak bisa memadukan data anak putus sekolah, menyusun SOP bersama, hingga melakukan monitoring melalui dashboard digital,” tegas Diano saat sesi wawancara dengan Dialog Masa, Senin (18/08/25).

Kabupaten Pasuruan sendiri masih menghadapi tantangan serius. Berdasarkan catatan, pada 2021 terdapat 487 anak putus sekolah, sebagian besar karena faktor ekonomi, jarak tempuh, dan minimnya dukungan keluarga. Kondisi ini diperparah oleh ketimpangan wilayah di daerah pegunungan, pesisir, dan pedesaan yang sulit dijangkau pendidikan formal.
Selain fokus pada akses pendidikan, Sekolah Rakyat di Kabupaten Pasuruan juga akan diperkaya dengan muatan lokal. Di antaranya pendidikan karakter berbasis nilai keislaman, kegiatan budaya lokal seperti hadrah dan batik, pelatihan kewirausahaan hortikultura serta kerajinan tangan, hingga penguatan nilai gotong royong masyarakat.
“Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang penghapusan kemiskinan ekstrem menjadi landasan utama, tetapi di Pasuruan kami ingin menambahkan ciri khas lokal sebagai Kota Santri. Harapannya, SEMARAK bukan hanya solusi pendidikan, melainkan juga pengungkit kesejahteraan masyarakat,” tutup Diano.
Program SEMARAK disusun melalui tahapan analisis masalah, perumusan strategi, penyusunan rencana aksi, pengembangan kompetensi, hingga pengelolaan risiko. Inovasi ini diharapkan menjadi model intervensi daerah yang terukur, sekaligus dapat direplikasi oleh kabupaten lain dengan karakteristik serupa. (AL/WD)