Belajar dari Jalan Sukses Achmad Hadi, “Kerja Tanpa Pamrih, Takdir Tuhan Mengikuti”

Diary Warda
4 Min Read

Belajar dari Jalan Sukses Achmad Hadi, “Kerja Tanpa Pamrih, Takdir Tuhan Mengikuti”

Diary Warda
4 Min Read

BIOGRAFI, DIALOGMASA.com – Di tengah hiruk-pikuk zaman yang serba cepat dan penuh tuntutan, kisah Bapak Hadi pemilik nama lengkap Achmad Hadi Choirul Anam hadir seperti angin sejuk yang menenangkan. Ia tidak dikenal karena sorotan, bukan pula karena suara yang lantang. Tapi langkah hidupnya diam-diam menjadi teladan: bahwa kerja tulus, jika tanpa pamrih, akan selalu menemukan jalannya dalam takdir Tuhan.

Lahir di Desa Banjarsari Wetan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun, Bapak Hadi tumbuh dalam keluarga yang serba sederhana. Masa kecilnya tidak diwarnai dengan kemudahan. Justru sebaliknya, ia dan keluarganya seringkali harus bertahan dalam keterbatasan. Namun dari sanalah ia belajar arti ketekunan—bahwa hidup tak harus dimulai dari kelebihan, cukup dari kemauan yang tak padam.

Ketika memutuskan untuk kuliah, banyak yang mencibir. “Untuk makan saja susah, kok nekat sekolah tinggi?” Tapi Bapak Hadi tidak menanggapi sinis. Ia memilih membalas dengan pembuktian.

Hidup di perantauan ia jalani dengan segala keterbatasan. Makan seadanya, berpuasa bukan hanya karena ibadah tapi juga karena tak ada yang bisa dimakan. Pernah berharap pada nasi bungkus dari masjid. Tapi dalam segala keterbatasan itu, ia tetap menjunjung tinggi prinsip: belajar harus tuntas, dan bekerja harus sungguh-sungguh.

Usahanya tak sia-sia. Ia mendapatkan beasiswa Supersemar dari pemerintah pada masa Presiden Soeharto. Beasiswa itulah yang menyelamatkan kelanjutan pendidikan kuliahnya di Kuliah di Universitas Jember, Fakultas Sospol Jurusan Administrasi Negara.

Bapak Hadi bahkan diundang ke Istana Negara, sebuah momen yang tidak hanya membanggakan, tapi juga meneguhkan bahwa jalan penuh peluh yang ia tempuh ternyata tidak sia-sia.

Setelah lulus, Bapak Hadi tidak mengejar posisi nyaman di sektor swasta. Ia justru memilih jalur pemerintahan—sebuah jalan sunyi yang tidak menjanjikan gemerlap, tapi memberi ruang untuk melayani. Penempatan pertamanya adalah Desa Kemiri Kecamatan Puspo, daerah pegunungan yang saat itu masih terpencil, belum tersentuh listrik, dan jauh dari keramaian.

Di sanalah ia mulai mengabdi. Bekerja tanpa mengeluh, menuntaskan tugas meski tanpa fasilitas. Ia tak pernah menghitung apa yang akan didapat. Baginya, yang penting bekerja dengan niat baik. Selebihnya—biar Tuhan yang mengatur.

Satu demi satu kepercayaan datang. Dari Puspo ia dipindah ke tempat lain. Lambat laun, saat ini ia dipercaya menduduki posisi penting: Kabag Kesra Setda Kabupaten Pasuruan dan Plt Camat Gempol. Selain itu sederet jabatan juga pernah ia emban seperti; Pendamping Desa, Staf Dinas PMD, Kepala Desa Sekcam Tutur, Plt Camat Tutur, Camat Wonorejo, Camat Rejoso, Plt Camat Pasrepan, dan Plt Camat Pandaan.

Semua itu datang bukan karena ambisi, tapi karena konsistensinya dalam bekerja dengan hati. “Saya tidak pernah mengejar jabatan. Saya hanya bekerja,” ucapnya singkat, tapi dalam maknanya.

Bapak Hadi percaya, bahwa takdir Tuhan bukan untuk dikejar, tapi akan mengikuti orang-orang yang bekerja dengan ikhlas. Ia tidak menempuh jalan pintas, tidak bermain sandiwara pencitraan. Ia memilih menjadi air yang tenang—mengalir tanpa riuh, tapi memberi kehidupan.

Kisah hidupnya adalah pelajaran berharga bagi siapa pun: bahwa sukses tidak harus lahir dari modal besar atau relasi kuat. Cukup dengan niat baik, kerja tulus, dan keyakinan bahwa Tuhan selalu melihat usaha hamba-Nya.

Dan benar, takdir Tuhan akan selalu tahu ke mana harus berpulang. Pada mereka yang bersungguh-sungguh. Pada mereka yang tidak menuntut, tapi tetap memberi. Seperti yang telah dibuktikan oleh Bapak Achmad Hadi Choirul Anam.

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×