FEATURE, DIALOGMASA.com – Sugiarto, anggota DPRD Kabupaten Pasuruan dari Komisi II adalah sosok yang lahir dari gerakan pemuda, Pramuka, dan pecinta alam. Berasal dari Purwodadi – Pasuruan, perjalanan hidupnya dipenuhi aksi sosial, kegiatan alam, dan segudang prestasi yang menghiasi lemari pialanya.
Sejak muda, Sugiarto aktif dalam kegiatan kepemudaan: membersihkan sungai, menanam pohon di lahan kosong, hingga menggelar aksi sosial. “Kalau ada waktu, nanti jalan sama saya melihat pohon-pohon yang telah ditanam dan kini jadi hutan hijau,” ujarnya saat berbincang santai di rumahnya, Jumat (8/8).
Baginya, menanam pohon adalah investasi jangka panjang. Konsistensi selama bertahun-tahun dibutuhkan agar penghijauan benar-benar menjaga keseimbangan alam. “Setelah di hulu kita tanami banyak pohon, debit air meningkat dan kualitasnya bagus,” jelasnya.
Sugiarto melihat tantangan pendidikan sebagai bagian dari perubahan zaman. Kurikulum harus menyesuaikan perilaku anak yang kini belajar lebih efektif lewat praktik, bukan sekadar teori. Perubahan media belajar – dari papan tulis, kertas, hingga gadget – harus diikuti sinergi pemerintah, guru, dan masyarakat.
“Semua selaras dan seiring dalam tantangan yang sama, perlu kolaborasi,” tegasnya.
Berbicara soal kemiskinan, ia menilai banyak penyebabnya terkait pola pikir dan budaya. Beberapa prinsip leluhur yang baik sering kali salah diterapkan, seperti “akeh anak akeh rejeki” tanpa perhitungan kondisi, atau “dikit yang penting kumpul” yang memicu hunian kumuh.
“Tentang ekonomi hari ini semu, orang dibilang miskin tapi rata-rata punya motor dan ponsel Android,” ujarnya.
Menurutnya, bantuan sosial tidak selalu berhasil. Ada orang yang bisa dibantu, ada yang sulit bahkan tidak bisa dibantu. “Ingat sisi spiritualitas dan ritual. Ini kunci yang sering jadi penentu keberhasilan gerakan sosial,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan pelaku sosial untuk memegang prinsip partisipatif: “Baik saja tidak cukup, beritahu mereka agar mau mengikuti. Berpikirlah global, berbuatlah lokal.” Yang maksudnya lakukan segala kebaikan sekadar kemampuan.
Kecintaannya pada alam diwujudkan melalui aksi nyata: penghijauan hulu sungai, pembinaan Pramuka, dan program sekolah Adiwiyata. Ia percaya menjaga hulu berarti menjaga hilir, dari air jernih hingga habitat yang lestari.
“Berbuat baiklah, tapi jangan berpikir untuk menyelesaikan. Jalani saja. Kalau ada kesempatan, kerjakan. Kalau tidak ada, jangan memaksakan,” pesannya.
Sebagai anggota dewan, ia fokus pada tupoksinya: responsif terhadap aspirasi warga. Sedangkan secara pribadi, ia konsisten mendukung PAUD, mulai fasilitas hingga seragam guru dan siswa.
“Dari sisi pemerintahan, kita suarakan lewat APBD. Yang dominan kami perjuangkan adalah Pramuka dan PAUD,” pungkasnya. (AL/WD)