PASURUAN (dialogmasa.com) – Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 23 miliar untuk rencana kerja tahun 2025. Dana tersebut direncanakan untuk berbagai program, termasuk bantuan ternak kambing, domba, dan unggas di kelompok-kelompok ternak sesuai hasil musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang).
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan, Ainur Alfiyah, menjelaskan bahwa program tersebut bertujuan untuk mendukung peternak lokal. “Bantuan ternak ada kambing, domba, dan unggas di beberapa lokasi kelompok ternak sesuai usulan musrenbang,” terangnya saat di konfirmasi melalui pesan WhatsApp, Rabu (20/11/24).
Namun, sejumlah peternak dan masyarakat memberikan tanggapan beragam terkait besarnya anggaran tersebut. Mereka berharap penggunaan dana tersebut dapat memberikan solusi yang tepat guna dan berdampak jangka panjang bagi sektor peternakan di Pasuruan.
Seorang peternak ayam dan bebek asal Pasuruan menyoroti permasalahan klasik yang kerap dihadapi, yaitu tingginya harga pakan dan bibit. “Harga pakan terlalu tinggi, begitu juga harga bibit. Ketika panen, harga daging di bawah standar sehingga biaya produksi tidak seimbang dengan pendapatan. Kondisi ini membuat peternak sering rugi, bahkan bisa gulung tikar,” ungkapnya.
Sementara itu, Wawan, seorang guru di Pasuruan, menilai pemerintah belum berani mengambil langkah inovatif untuk menyelesaikan masalah mendasar di sektor peternakan. Ia mengusulkan pembangunan pabrik pakan dan bibit yang dikelola pemerintah untuk menstabilkan harga dan mengurangi ketergantungan pada pihak swasta.
“Masalah peternak itu klasik, pakan mahal, bibit mahal, dan harga panen fluktuatif. Solusinya sebenarnya sederhana, pemerintah bisa membuat pabrik pakan dan bibit sendiri sehingga harga tidak dikendalikan oleh swasta,” jelas Wawan.
Ia juga menilai bahwa program pelatihan dan bantuan modal yang selama ini dijalankan pemerintah kurang efektif. “Anggaran kecisl yang digunakan tepat fungsi akan memberikan dampak berkelanjutan. Sebaliknya, anggaran besar yang tidak tepat sasaran hanya akan habis setiap tahun tanpa perubahan signifikan,” tambahnya.
Masyarakat berharap agar anggaran yang besar tersebut tidak hanya digunakan untuk bantuan langsung, tetapi juga diarahkan pada solusi jangka panjang yang mampu meningkatkan kesejahteraan peternak secara berkelanjutan. (Al/Wd)