Fenomena Bed Rotting di Kalangan Gen Z, Ini Dampak Positif dan Negatifnya

gayuh
3 Min Read

Fenomena Bed Rotting di Kalangan Gen Z, Ini Dampak Positif dan Negatifnya

gayuh
3 Min Read

Artikel, DIALOGMASA.com – Istilah Bed Rotting belakangan populer di kalangan Gen Z sebagai bentuk kegiatan ketika merasa jenuh dengan interaksi sosial. Aktivitas ini identik dengan me time atau momen memanjakan diri di atas tempat tidur.

Saat melakukannya, seseorang biasanya hanya berbaring sambil membaca buku, menonton televisi, menelusuri media sosial, atau sekadar bersantai tanpa aktivitas lain. Intinya, mereka memilih mengasingkan diri sejenak dari hiruk pikuk dunia luar.

Arti Bed Rotting

Beberapa ahli menilai Bed Rotting sebagai cara memberi ruang bagi diri sendiri untuk mengelola stres sekaligus memulihkan energi. Dilansir dari sleepopolis.com, Menurut Dr. Katrina Ostmeyer, Meskipun kebanyakan orang menikmati hari-hari malas, namun cara ini sangat berbahaya.

Setelah menjalani berbagai kesibukan, aktivitas ini dianggap sebagai perawatan diri yang bermanfaat, baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Caranya dengan memberikan waktu khusus untuk beristirahat, tubuh dan pikiran bisa mengisi ulang tenaga sebelum kembali beraktivitas. Durasi Bed Rotting yang dianggap wajar biasanya tidak lebih dari satu hingga dua hari.

Dalam rentang waktu tersebut, seseorang dapat menenangkan diri, mengurangi stres, serta meredakan rasa lelah akibat bekerja terlalu lama. Namun, jika dilakukan secara berlebihan dan menjadi kebiasaan, hal ini justru dapat berdampak negatif.

Dampak Positif dan Negatif

Di sisi positif, Bed Rotting memberi kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat penuh. Aktivitas ini membantu mengembalikan keseimbangan emosi serta membuat pikiran lebih segar. Bagi banyak Gen Z, cara ini menjadi strategi sederhana agar tetap produktif setelah menjalani rutinitas padat.

Namun, bila terus dilakukan tanpa batas, Bed Rotting bisa memicu masalah. Kebiasaan terlalu lama berdiam diri di tempat tidur dapat mengarah pada tanda-tanda depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya. Selain itu, tubuh juga bisa mengalami perubahan pola tidur. Tempat tidur yang seharusnya digunakan pada malam hari untuk istirahat malah tidak lagi memberikan efek kantuk. Akibatnya, kualitas tidur menurun dan seseorang justru merasa lebih stres.

Bed Rotting pada dasarnya boleh dilakukan, selama tidak berubah menjadi pola hidup permanen. Cara terbaik adalah menyeimbangkan dengan aktivitas lain, seperti berkumpul bersama teman atau keluarga. Interaksi hangat dengan orang terdekat juga dapat menurunkan stres sekaligus menjaga kesehatan mental.

Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda depresi karena terlalu lama mengurung diri di tempat tidur, sebaiknya aktivitas ini diimbangi dengan pendampingan profesional. Dengan begitu, Bed Rotting tetap menjadi sarana positif untuk beristirahat, bukan jalan menuju masalah baru.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana Gen Z mencoba menghadapi tekanan hidup modern dengan cara sederhana yakni menghilang sejenak dari interaksi sosial. (DH/WD)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×