Jalan Anyer-Panarukan: Kuburan Korban Genosida Daendels

Diary Warda
3 Min Read

Jalan Anyer-Panarukan: Kuburan Korban Genosida Daendels

Diary Warda
3 Min Read

SEJARAH, DIALOGMASA.com – Jalan Raya Pos. Ada yang menyebutnya De Groote Postweg, ada pula yang menamainya Jalur Pantura. Tak sedikit juga yang menyebut sebagai Jalan Daendels. Namun, apapun sebutan, jalan ini menyimpan nilai historis sekaligus kepedihan tiada tara terutama saat proses pembangunannya.

Menyebut Jalan Daendels, seketika langsung tertuju pada sosok Herman Willem Daendels. Orang inilah yang paling bertanggungjawab atas keberadaan jalur transportasi di sepanjang pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah ini. Daendels tiba di Pulau Jawa pada 5 Januari 1808 sesudah diangkat penguasa Belanda, Raja Louis Napoleon. Tugasnya, melindungi Pulau Jawa dari serangan Inggris.

Demi menjalankan tugasnya ini, Daendels mengeluarkan kebijakan pembangunan jalan yang dimulai dari Anyer lalu berakhir di Panarukan. Hal ini dilakukan untuk mendukung pergerakan tentara seandainya terjadi perang. Mega proyek sepanjang 1000 kilometer ini hanya memakan waktu satu tahun saja yang dimulai pada 1809 kemudian selesai tahun 1809.

Untuk mengerjakan jalan ini, Daendels melibatkan para pekerja pribumi dari berbagai daerah dan diberi upah. Kendati demikian, bukan berarti proyek ini berjalan tanpa hambatan. Kondisi geografis di daerah-daerah tertentu membuat para pekerja harus bekerja lebih keras lagi. Semisal di daerah Priangan tepatnya di ruas Cisarua-Cugenang yang memotong punggung Gunung Pangrangro. Para pekerja harus memangkas gunung tersebut dengan tenaga manusia.

Begitu pula ketika Daendels berupaya menghubungakn Semarang dan Demak yang tanahnya tertutup rawa-rawa pantai atau teluk-teluk dangkal, mengakibatkan para pekerja diserang malaria. Tak hanya malaria dan kelelahan, tetapi juga kelaparan yang turut mengintai para pekerja.

Pramoedya Ananta Toer dalam “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” berdasarkan sumber dari Inggris beberapa tahun setelah kejadian menyebut angka 12.000 pekerja pribumi yang menjadi korban. Jalan yang membentang sepanjang Anyer-Panarukan pun menjadi kuburan mereka.

Kendati memakan banyak korban, nyatanya hal ini tidak menghentikan Daendels untuk tetap melanjutkan pembangunan Jalan Anyer-Panarukan. Pram, sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer bahkan menyebut proyek Daendels ini sebagai salah satu bentuk genosida yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. (DS)

Sumber referensi
Indrawan, Angga. Napak Tilas Jalan Daendels. (2017). Jakarta: Buku Republika.
Toer, Pramoedya Ananta. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. (2010). Jakarta: Lentera Dipantara.

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×