MALANG (dialogmasa.com) – Guna meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah pusat berencana membangun Sekolah Rakyat. SR merupakan sekolah berasrama tanpa pungutan biaya yang ditujukan untuk anak-anak pra sejahtera.
Targetnya, ST dimulai tahun ajaran 2025/2026 merata di sejumlah daerah. Untuk merealisasikan program pemerintah tersebut, Pemerintah Kota Malang telah menyiapkan fasilitas di kawasan Tlogowaru.
Bahkan Tim dari Kemensos dan Kementerian PU telah meninjau langsung bangunan eks kampus Poltekom yang sedianya dijadikan Sekolah Rakyat.
Istilah Sekolah Rakyat bukan hal baru di Indonesia dan menjadi bagian penting perkembangan sistem pendidikan di negeri ini.
Sekolah ini merupakan cikal bakal pendidikan dasar yang memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk mendapatkan ilmu.
Sebab, pada masa penjajahan Belanda dulu akses pendidikan sangat terbatas dan Sekolah Rakyat hadir sebagai solusi agar pribumi mendapatkan pendidikan layak.
Masyarakat Indonesia memperoleh pendidikan informal dari pesantren, surau hingga tradisi lisan sebelum Pemerintah Kolonial Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal.
Abad ke-19 menjadi tonggak penting peristiwa pendirian Sekolah Kelas Dua untuk memberikan pendidikan dasar bagi kaum pribumi.
Kaum pribumi hanya bisa menikmati pendidikan dengan kualitas rendah dibandingkan sekolah yang dikhususkan bagi keturunan Eropa atau bangsawan.
Sekolah Rakyat baru diperkenalkan pada tahun 1014 dengan durasi pendidikan selama lima tahun. Sekolah ini menjadi cikal bakal sistem pendidikan dasar meski memiliki banyak kekurangan.
Setelah memperoleh kemerdekaan, Indonesia membangun sistem pendidikan yang lebih merata. Sekolah Rakyat kemudian menjadi nama resmi untuk tingkat pendidikan dasar yang berlangsung selama enam tahun.
Sekolah Rakyat sifatnya gratis dan terbuka bagi seluruh anak dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Kemudian pada tahun 1965, SR diubah namanya menjadi Sekolah Dasar yang digunakan hingga kini.
Tak berbeda jauh dengan SR jaman dahulu, Sekolah Rakyat sekarang peruntukannya bagi desil satu atau kelompok rumah tangga dengan kesejahteraan rendah dengan kuota 1 hingga 10 persen.
Sedangkan untuk desil juga mendapatkan kesempatan menikmati Sekolah Rakyat dengan kuota 11 hingga 20 persen. (DH/WD)