PASURUAN (dialogmasa.com) – Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan tidak hanya berlangsung di medan perang, tetapi juga melalui berbagai taktik dan strategi unik, termasuk melibatkan pekerja seks komersial (PSK).
Sebuah catatan sejarah mencatat bahwa Presiden Soekarno memanfaatkan peran PSK untuk menggali informasi dari tentara Jepang selama masa pendudukan.
Strategi ini bermula ketika Bung Karno mendengar laporan tentang kekejaman tentara Jepang yang sering melakukan kekerasan seksual terhadap gadis-gadis Minangkabau.
Dalam upaya melindungi para perempuan lokal, Bung Karno mengambil langkah berani dengan mengirimkan 120 PSK ke wilayah Minangkabau. Para PSK ini tidak hanya bertujuan mengalihkan perhatian tentara Jepang tetapi juga menjalankan misi sebagai mata-mata.
Bung Karno meyakini PSK adalah matamata terbaik. Ketika melayani hasrat tentara penjajah, disitulah mereka beraksi menggali informasi. “Hal yang Mustahil dilakukan pria,” ucap beliau seperti di catat di faktadunianews.
Meski strategi ini menuai kontroversi di kalangan masyarakat, langkah ini bisa disebut Bung Karno sebagai “pilihan terbaik dalam situasi terburuk.”
Dengan memanfaatkan kelemahan tentara Jepang yang dikenal haus akan seks, para PSK ditujukan untuk mencari informasi strategis yang kemudian digunakan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan.
Bagi sebagian orang, langkah ini dipandang sebagai strategi yang cerdik, sementara yang lain menganggapnya melampaui norma sosial.
Khoirul, seorang warga Pasuruan, memberikan pandangannya terkait fakta sejarah ini. “Catatan sejarah ini unik, sebagai fakta sejarah tentu tidak perlu dikomentari apapun,” ujarnya kepada Dialog Masa Rabu (11/12/24).
Ia menambahkan, “Saya percaya Presiden Soekarno saat itu punya perhitungan untuk strategi yang diambil, yang pasti untuk kemaslahatan bangsa Indonesia.”
Meski terdengar kontroversial, peristiwa ini menggambarkan bagaimana perjuangan kemerdekaan Indonesia melibatkan berbagai taktik yang melampaui batas-batas konvensional.
Strategi yang dijalankan Bung Karno ini menjadi pengingat bahwa perjuangan tidak hanya soal perang fisik, tetapi juga kemampuan membaca situasi dan mengambil langkah yang tidak terduga demi mencapai tujuan besar, yaitu kemerdekaan bangsa. (Al/Wd)