MALANG (dialogmasa.com) – Sepasang suami istri berinisial FI (27) dan PN (24) asal Kota Malang harus berurusan dengan pihak kepolisian karena melakukan siaran langsung konten dewasa di media sosial.
Dalam dua bulan terakhir, pasutri ini rutin melakukan live streaming nyaris setiap hari selama 8-10 jam. Aktivitas tersebut mendatangkan keuntungan besar, yakni sekitar Rp35 juta, yang diperoleh dari hadiah virtual (gift) dan endorsement. Namun, perbuatan tersebut kini membuat keduanya terancam hukum berat.
FI dan PN diduga melanggar Pasal 35 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, serta Pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Ancaman hukuman bagi mereka adalah pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda hingga Rp5 miliar.
Kasus ini menjadi perhatian publik setelah viral di media sosial. Banyak netizen memberikan komentar pedas terkait hukuman yang menanti pasangan tersebut, sembari membandingkannya dengan hukuman dalam kasus korupsi (red).
“Nyenengin rakyat dihukum 10 tahun, ngerugiin rakyat dihukum 6 tahun,” tulis salah satu akun Facebook berinisial AK.
“Mereka ga merugikan masyarakat, malah divonis 10 tahun. Itu yang merugikan negara cuma 6 tahun, memang paling enak jadi koruptor,” pungkas akun Gng D.
Komentar tersebut menunjukkan adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap penerapan hukum. Namun, perlu disadari bahwa masalah pornografi juga membawa dampak negatif dan tidak seharusnya diremehkan. (Red)
Kasus ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk tetap menaati hukum dan menjaga nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi di Indonesia. Selain itu, perlu evaluasi terhadap penyikapan masyarakat terhadap kasus hukum yang berbeda untuk mengedepankan keadilan yang proporsional. (Red)
