Rumah Sakit Cikini: Tiruan Istana Callenberg di Jerman

Diary Warda
3 Min Read

Rumah Sakit Cikini: Tiruan Istana Callenberg di Jerman

Diary Warda
3 Min Read

SEJARAH, DIALOGMASA.com – Selain dikenal sebagai maestro seni lukis Indonesia, Raden Saleh Sjarif Boestaman atau lebih populer dengan nama Raden Saleh juga dikenang sebagai sosok terkenal yang mendapat pengaruh Barat. Ia berasal dari keluarga bangsawan pesisir Jawa Tengah. Bersama Kartini, menurut Denys Lombard dalam “Nusa Jawa: Silang Budaya 1”, Raden Saleh menjadi lambang pertemuan intelektual antara kaum priayi dan kebudayaan Barat.

Berkat bakat melukisnya, Raden Saleh juga berkesempatan pergi ke Eropa untuk belajar seni lukis kepada sejumlah seniman terkenal. Mau tak mau hal ini membuat Raden Saleh berkesempatan berhubungan atau bahkan menjalin pertemanan dengan orang-orang Eropa termasuk dengan anggota Dinasti Sachsen-Coburg-Gotha.

“Perkenalannya dengan Pangeran Adipati Ernst II itu dilanjutkan dengan ajakan menengok Puri Rosenau, rumah kelahiran sang pangeran. Lalu ke Puri Callenberg, istana musim panas keluarga Sachsen-Coburg-Gotha. Di tempat itu, Pangeran Adipati Ernst II mengajaknya berkeliling puri ….”

Pangeran Ernst II bahkan mengizinkan Raden Saleh tinggal di Istana Callenberg agar bisa berkarya. Begitulah, salah satu bagian novel “Pangeran dari Timur” karya Iksaka Banu dan Kurnia Efendi saaat menggambarkan begitu eratnya hubungan keduanya.

Saking terkesannya dengan Istana Callenberg, sekembalinya Raden Saleh ke Hindia Belanda dan atas dukungan istri pertamanya yang berkulit putih, Constancia von Mansfeldt, Raden Saleh membangun kediamannya menyerupai Istana Callenberg di tahun 1852 yang berada di daerah Cikini. Selain mewah dan luas, rumah bergayan gotik ini juga dilengkapi kebun binatang mini yang kelak menjadi cikal-bakal Kebun Binatang Ragunan. Keberadaan kebun binatang ini dimaksudkan sebagai model lukisan Raden Saleh yang memang suka melukis hewan-hewan.

Sesudah kematian Raden Saleh pada 1880, rumah megah tersebut dimiliki karib Raden Saleh bernama Sayid Abdullah bin Alwi Alatas. Melalui pelelangan, Sayid Abdullah membelinya dari mertuanya sekaligus konsul jenderal Turki di Batavia, Abdul Aziz Al-Musawi. Sayid Abdullah kemudian menjualnya dengan setengah harga (dari 100 ribu menjadi 50 ribu Gulden) kepada sebuah organisasi sosial Belanda, Koningen Emma Zieken, untuk dijadikan rumah sakit.

Pasca kemerdekaan, kepengurusan bangunan berlantai dua ini lalu diserahkan kepada Dewan Gereja Indonesia (DGI) yang kelak berubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Hingga saat ini, bekas tempat tinggal Raden Saleh ini masih berfungsi sebagai rumah sakit. (DS)

Referensi
Alwi Shahab,(2023), Taman-Taman Firdaus, Jejak Islam Tempo Doeloe, Jakarta: Republika Penerbit.
Denys Lombard, (2018), Nusa Jawa: Silang Budaya 1, Jakarta: PT Gramedia.

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×