Mengenal Macapat Sebagai Warisan Budaya yang Penuh Filosofi

gayuh
3 Min Read

Mengenal Macapat Sebagai Warisan Budaya yang Penuh Filosofi

gayuh
3 Min Read

Artikel, DIALOGMASA.com –Macapat adalah salah satu bentuk karya sastra tradisional Jawa yang disajikan dalam bentuk tembang atau puisi berirama. Karya ini telah ada sejak zaman Majapahit hingga berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram Islam.

Tembang macapat ditulis dengan aturan khusus berupa guru gatra atau jumlah baris tiap bait, guru wilangan atau jumlah suku kata setiap baris, dan guru lagu atau vokal akhir setiap baris.

Ketiga aturan ini menjadikan macapat memiliki keindahan tersendiri sekaligus sarat makna filosofis. Sejak dulu, macapat bukan sekadar hiburan, melainkan sarana pendidikan, penyampai pesan moral, dan media dakwah.

Banyak karya macapat berisi ajaran hidup, nasihat, bahkan cerita kepahlawanan. Tembang ini juga sering digunakan dalam upacara adat, pertunjukan seni, hingga pengajaran di pesantren.

Macapat memiliki kedudukan penting dalam melestarikan nilai budaya Jawa sekaligus memperkuat identitas masyarakat. Dilansir dari desawonosari.go.id, tembang macapat memiliki beberapa jenis yang masing-masing memiliki aturan dan makna filosofis berbeda, seperti:

  1. Maskumambang melambangkan awal kehidupan, biasanya berkaitan dengan masa dalam kandungan.
  2. Mijil menggambarkan kelahiran, penuh doa dan harapan.
  3. Sinom identik dengan masa muda, penuh semangat dan pembelajaran.
  4. Asmaradana menggambarkan cinta dan kasih sayang.
  5. Gambuh bermakna keserasian dan kesetiaan.
  6. Dhandhanggula sering digunakan untuk menceritakan keindahan dan nasihat.
  7. Pangkur berisi semangat menjauhi hawa nafsu dan berbuat kebajikan.
  8. Durma mencerminkan amarah, ketegasan, dan keberanian.
  9. Megatruh menggambarkan kematian dan akhir kehidupan.
  10. Pocung identik dengan nasihat spiritual dan perjalanan menuju akhirat.

Susunan jenis tembang macapat ini dianggap melambangkan perjalanan hidup manusia, mulai dari lahir hingga kembali kepada Sang Pencipta.

Di tengah perkembangan teknologi, keberadaan macapat sempat terpinggirkan. Namun, sejumlah komunitas seni, lembaga pendidikan, hingga pemerintah daerah berupaya melestarikannya. Macapat kini diajarkan di sekolah-sekolah Jawa, dipentaskan dalam acara budaya, bahkan diadaptasi ke dalam musik kontemporer.

Langkah ini diharapkan mampu menjaga warisan leluhur agar tetap relevan dengan generasi muda. Macapat merupakan warisan budaya Jawa yang kaya nilai estetika sekaligus sarat makna kehidupan. Melalui tembang ini, masyarakat diajak untuk merenungkan perjalanan hidup manusia, dari lahir hingga kembali ke hadirat Tuhan.

Melestarikan macapat, berarti Anda tidak hanya menjaga seni tradisi, tetapi juga merawat jati diri bangsa.(DH/WD)

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×