SEJARAH, DIALOGMASA.com – Batavia Lama (Oud Batavia) yang didirikan Jan Pieterszoon Coen pada 1621 dan pernah dijuluki “Ratu dari Timur” tak lagi nyaman untuk ditinggali. Hal inilah yang disadari Herman Willem Daendels yang ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda atas perintah Raja Louis Napoleon untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
Menyadari bahwa bangunan-bangunan dan tembok-tembok pelindungnya tak bisa diandalkan untuk menghadapi Inggris karena dimakan usia. Begitu pula iklimnya yang bisa membunuh para serdadu, Daendels kemudian memindahkan ibu kota keluar dari Batavia Lama ke wilayah pedalaman (selatan) yang disebut Weltevreden.
Mulanya, wilayah yang dinamai Weltevreden ini milik tuan tanah kaya, Cornelis Chastelein. Sementara itu, demi membangun kota baru, Daendels menghancurkan bangunan-bangunan di Batavia Lama kemudian menggunakan puing-puingnya untuk membangun sebuah istana baru (Istana Putih). Di kemudian hari, istana ini menjadi Gedung Kementerian Keuangan.
Weltevreden menjadi pusat pemerintahan baru dan permukiman orang-orang Eropa. Para pemukim Eropa membangun rumah mereka dengan mengadopsi gaya kolonial berupa bangunan satu lantai dengan deretan pilar putih yang dilengkapi dengan berbagai pohon-pohon tropis berukuran besar.
Seiring waktu, Weltevreden juga menjadi pusat sosial budaya dengan kehadiran Hotel Des Indes, Istana Koeningsplein (Istana Merdeka), Schouwburg Weltevreden (Gedung Kesenian Jakarta), dan Waterloplein (Lapangan Merdeka). (DS)
Referensi
Blackburn, Susan. Jakarta 400 tahun. (2011). Jakarta: Masup.
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara (2018). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.