PASURUAN (dialogmasa.com) – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis, mengusulkan pembatasan penggunaan media sosial bagi anak-anak dan remaja untuk melindungi mereka dari dampak negatif teknologi digital.
Usulan itu disampaikan dalam seminar yang diselenggarakan Pusat Dakwah Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB) pada Jumat (13/12), ia menyatakan bahwa pengaturan ini diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan media sosial.
“Saya pikir, sudah saatnya Indonesia membatasi penggunaan media sosial untuk anak remaja dan yang di bawah umur. Bahkan, di tempat tertentu, penggunaan media sosial perlu diatur demi produktivitas kerja,” ujar Cholil, seperti dikutip dari Kumparan.
Berdasarkan laporan Kumparan (28/11/2023), sebanyak 84 persen pengguna media sosial mengaku sering melihat iklan judi online setiap kali mengakses platform. Dari jumlah tersebut, 16 persen mengaku tergoda dan mencoba judi online. Mayoritas dari mereka melakukan transaksi judi melalui e-wallet, yang memudahkan remaja terlibat.
Di sisi lain, wacana pembatasan ini memunculkan beragam reaksi, terutama dari kalangan remaja. Sebagian mendukung langkah ini, namun ada pula yang menilai bahwa edukasi tentang penggunaan media sosial yang bijak lebih efektif daripada pembatasan ketat.
“Medsos memang ada dampak negatifnya, tapi banyak juga manfaatnya. Pembatasan boleh saja, asal nggak terlalu ketat. Lebih baik diajarkan cara pakainya yang bijak daripada dilarang,” ujar (AM) pelajar Aliyah di Pasuruan kepada Dialog Masa, Sabtu (14/12).
Merespons hal ini, sejumlah pihak menekankan pentingnya literasi digital bagi anak-anak dan remaja. Edukasi tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab dinilai menjadi kunci untuk meminimalkan dampak negatif tanpa menghilangkan manfaat positif dari teknologi digital. (Al/Wd)
