PASURUAN, DIALOGMASA.com – Pendidikan memiliki peran besar dalam membantu keluarga kurang mampu keluar dari lingkaran kemiskinan. Hal itu disampaikan oleh akademisi Uniwara Pasuruan, Bu Risna Nur Ainia, S.E., M.M., saat dimintai tanggapan terkait akses pendidikan anak-anak dari keluarga miskin.
Menurutnya, pendidikan dapat meningkatkan peluang kerja dan taraf hidup seseorang. “Kalau dihitung, sekitar 80 persen pendidikan bisa memutus rantai kemiskinan. Misalnya lulusan SMA dengan sarjana, pasti berbeda kesempatan kerjanya. Dengan pendidikan yang tinggi, peluang keluar dari kemiskinan lebih besar,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah perlu memperkuat program bantuan pendidikan seperti KIP Kuliah yang sebelumnya dikenal dengan Bidik Misi. Program tersebut dinilai efektif, namun masih perlu perbaikan dalam hal pemerataan dan ketepatan sasaran.
“Saya sendiri bisa kuliah S1 dan lanjut S2 karena beasiswa Bidik Misi, program itu sangat efektif. Tapi masalahnya di pemerataan dan ketepatan sasaran. Banyak yang harusnya dapat justru tidak dapat, sementara yang mampu malah dapat. Jadi pemerintah harus lebih tegas dalam verifikasi data, ada monitoring dan evaluasi,” jelasnya.
Program Bidik Misi sendiri merupakan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi namun berprestasi.
Program ini mulai diluncurkan tahun 2010 dan kini sudah bertransformasi menjadi KIP Kuliah Merdeka.
Untuk mengaksesnya, pendaftar harus melalui jalur resmi dengan mendaftar di laman kip-kuliah.kemdikbud.go.id, kemudian melengkapi data diri, data ekonomi keluarga, hingga rekomendasi dari sekolah.
Seleksi dilakukan secara ketat dengan verifikasi data, sehingga hanya calon mahasiswa yang memenuhi syarat yang akan menerima bantuan.
Tentang tema yang sama, sebelumnya telah tayang di dialog masa berita dengan judul EA, Anak cerdas yang Mimpi Sekolahnya Terkubur Kemiskinan. (AJ/WD)