Chinezenmoord 1740: Awal Mula Kemunculan Pecinan

Diary Warda
4 Min Read

Chinezenmoord 1740: Awal Mula Kemunculan Pecinan

Diary Warda
4 Min Read

SEJARAH, DIALOGMASA.com – Demi menyaingi Banten sebagai bandar perdagangan utama, Jan Pieterszoon Coen berusaha menarik perhatian para pedagang Cina datang ke Batavia. Sebenarnya keberadaan orang-orang Cina sendiri di Batavia sudah ada jauh sebelum Batavia ditaklukkan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Mereka tinggal di tepi barat Sungai Ciliwung untuk menanam tebu serta menyuling arak. Namun, hal ini masih belum bisa memenuhi ambisi sang gubernur jenderal.

Jan Pieterszoon Coen kemudian menjalin hubungan baik dengan orang-orang Cina, termasuk dengan Souw Beng Kong pemimpin mereka. Souw Beng Kong berhasil dibujuk untuk pindah dari Banten ke Batavia. Ia lalu diangkat pemimpin komunitas Cina di Batavia dengan gelar kapiten pada tahun 1619 yang bertugas mengatur kehidupan kaumnya. Saat itu, orang-orang Cina juga hidup menyebar di seantero Batavia.

Keberadaan orang-orang Cina ini membuat perekonomian Batavia lebih hidup. Apalagi VOC juga menarik pajak dari mereka semisal pajak usaha dan pajak perjudian. Namun, kebijakan pajak usaha ini dianggap mencekik sehingga VOC menurunkan besarnya pajak yang harus dibayar. Keringanan pajak ini menjadi alasan orang-orang dari Cina untuk berdatangan ke Batavia. Hal ini membuat VOC mendorong mereka agar mau membuka lahan di wilayah luar Batavia, Ommelanden.

Meskipun pihak VOC merasa beruntung dengan kehadiran orang-orang Cina di Ommelanden, tetapi meningkatnya populasi mereka juga menyebabkan VOC khawatir mengingat kewenangan kapiten komunitas Cina hanya berlaku di dalam Batavia. VOC lalu mengeluarkan aturan yang membatasi jumlah kedatangan orang-orang dari Cina ke Batavia. Sementara itu, keresahan melanda para kuli Cina di Ommelanden yang kehilangan pekerjaan karena ekspor gula dari Batavia tidak laku di Eropa. Akibatnya, angka kriminalitas naik tajam sehingga VOC berencana memindahkan mereka Ceylon (Sri Lanka).

Namun, beredar kabar bahwa mereka yang dikirim ke Ceylon dibuang ke laut. Hal ini memicu kemarahan orang-orang Cina di Ommelanden sehingga melakukan pemberontakan (Chinezenmoord atau Geger Pecinan) di tahun 1740. Mereka bersiap memasuki Batavia. Perlawanan ini membuat orang-orang Cina yang berada di dalam kota dicurigai akan membantu para pemberontak. Orang-orang Cina baik perempuan maupun anak-anak tak luput dari pembunuhan yang dilakukan serdadu maupun penduduk Batavia. Begitu pula sekitar 500 orang Cina yang dipenjara di Balai Kota juga dibunuh.

Kurang lebih selama seminggu, Batavia mengalami kekacauan. Kota terbakar dan darah menggenangi kanal-kanal di Batavia. VOC berhasil mengendalikan keadaan. Sementara orang-orang Cina yang masih hidup, melarikan diri ke timur. Mereka bahkan sempat membentuk persekutuan dengan Jawa di Lasem untuk melawan VOC meski pada akhirnya berhasil dipatahkan.

Pasca Chinezenmoord, orang-orang Cina tak diperkenankan lagi tinggal di dalam tembok Batavia. Sebuah permukiman khusus untuk mereka dibangun yang terletak di sebelah barat. Wilayah inilah yang di kemudian hari bernama Glodok lalu menjadi Pecinan. Kebijakan ini tak hanya berlaku di Batavia saja, tetapi juga di kota-kota lainnya. Selain itu, demi mencegah terulangnya peristiwa serupa terutama aliansi Cina dan Jawa, peraturan ini juga menyasar golongan Arab dan Jawa sehingga di masa kini kerap ditemui Kampung Arab atau pribumi. (DS)

Referensi
B. Hoetink, (2007), Ni Hoe Kong: Kapitein Tiong Hoa di Betawie dalem tahin 1740, Jakarta: Masup.
Hendrik E. Niemeijer, (2012), Batavia: Masyarakat Kolonial Abad XVII, Jakarta: Masup.
Susan Blackburn, (2011), Jakarta: Sejarah 400 Tahun, Jakarta: Masup.

Leave a Comment
error: Content is protected !!
×

 

Hallo Saya Admin Dialogmasa !

Jika Ada Saran, Kritikan maupun Keluhan yuk jangan Sungkan Untuk Chat Kami Lewat Pesan Pengaduan Dibawah ini Ya 

×